Friday, November 11, 2011

My Third Story : Four Elements Warriors : Part 1

Prolog

        Planet Verndari adalah planet bagi para alien yang berwujud manusia. Dalam bahasa Islandia, itu berarti Pelindung. Para alien itu menjaga bumi, sehingga alien lain yang bermaksud buruk pada bumi tidak dapat masuk.
        Yang paling dikenal di planet Verndari adalah Empat Ksatria Elemen. Mereka adalah : Ksatria Api, Ksatria Air, Ksatria Angin, dan Ksatria Tanah. Bersama, mereka melawan makhluk luar angkasa lainnya yang berusaha menghancurkan bumi.
        Selain Empat Ksatria Elemen, alien lainnya yang terkenal di planet Verndari adalah Gothman. Ia adalah alien yang selalu meringis, seperti yang kesakitan. Pappa karena ia adalah alien yang terlihat tua. Gothman termasuk dalam klan Saemilega, dalam bahasa Islandia itu berarti Terhormat.
        Gothman dicurigai, bersama seluruh anggota klan Saemilega, ingin mengambil alih bumi beserta planet Verndari. Maka dari itu, pemerintah planet Verndari mengawasi klan Saemilega dengan ketat. Tapi, Gothman tidak habis akal dan menyewa seorang petarung hebat.
        Petarung itu diperintahkan untuk membunuh Empat Ksatria Elemen, di saat mereka tidur. Di malam hari, para petarung itu menculik para ksatria yang tidak berdaya karena kalung elemen mereka sedang tidak dipakai.

        “Lalu, Bibi Mae, apa yang terjadi?” tanya Aubrey saat Bibi Mae membacakan cerita sebelum tidur untuknya.
        “Keempat ksatria itu dilempar ke bumi oleh Gothman. Tapi, di bumi mereka terpisah dan mereka bahkan tidak ingat bahwa mereka adalah pelindung sejati bumi. Planet Verndari dikuasai oleh Gothman. Tapi, ia belum puas dengan itu, ia mengutus anak-anaknya untuk ke bumi dan menculik beberapa manusia ke planet Verndari. Dan, ia juga memerintahkan untuk membunuh para ksatria, mengambil kalung kekuatannya yang tidak sengaja jatuh dari tangannya sendiri, dan membawanya kembali ke Verndari agar Gothman menjadi yang terkuat di seluruh jagad raya.” jelas Bibi Mae.
        “Apakah keempat ksatria berhasil mengalahkan Gothman?” tanya Aubrey lagi.
        “Itu tergantung,” ujar Bibi Mae sambil mengecup kening Aubrey kecil. “Aubrey, apa kau merasa cerita di gulungan ini agak familier denganmu?”
        “Tidak.” jawab Aubrey penasaran.
        “Karena, sebagian besar cerita di gulungan kuno ini menggambarkan kehidupanmu.” kata Bibi Mae sambil mengacungkan sebuah kalung biru langit bergambar naga.







Chapter 1 : The Mysterious Powers

        “Aubrey, sebentar lagi musim panas. Apakah kau dan keluargamu akan pergi ke pantai Loo Sand yang baru dibuka itu?” tanya Cassidy saat ia dan Aubrey sedang duduk di taman sekolah mereka.
        “Entahlah. Paman Rick dan Bibi Mae sering bepergian tidak jelas. Mungkin saja di liburan musim panas ini mereka akan membawaku ke tempat yang sedang mengalami musim salju.” canda Aubrey yang membuat mereka berdua terkikik.
        “Aubrey, kapan kau akan membeli baju renang “normal”? Baju renangmu itu seperti penyelam saja. Usiamu kan sudah 17 tahun, apa salahnya bila kau meminta Paman Rick dan Bibi Mae untuk membelikanmu baju renang “normal”? Apa kau mau terus menerus menjadi bahan ledekan Jillian dan gengnya?” Aubrey menggeleng. Paman Rick tidak terlalu mengerti wanita. Ia tidak suka melihat perempuan yang memakai baju terlalu terbuka seperti baju renang “normal” atau baju renang yang bermodel tank-top.
        Kemudian, terdengar suara jatuh. Itu adalah George, orang yang selalu menyendiri, dan selalu dikerjai oleh Jillian dan gengnya yang keterlaluan. Tidak ada yang tahu mengapa George selalu ingin menyendiri, tapi banyak yang bilang karena ia depresi atas tekanan ayah tirinya.
        “Kasihan sekali George… Padahal ia adalah anak yang baik.” kata Aubrey kasihan.
        “Aubrey, jangan ikut campur. Kau tahu kan, apa yang akan Jillian lakukan terhadap anak-anak yang bersosialisasi dengan George?”
        Aubrey kali ini mengabaikan peringatan Cassidy. Ia berani menghadapi resiko akan ikut dikerjai oleh geng Jillian. Ia pun berlari menghampiri George yang baru saja kepalanya dilempar bola voli.
        “George, kau baik-baik saja?” tanya Aubrey sambil membantu George berdiri. Jillian melempar bola pada George sehingga George jatuh dari anak tangga taman. Tangannya sedikit lecet dan ada yang berdarah, tapi ia diam saja.
        “Aku tidak apa-apa, Aubrey. Terima kasih.” katanya datar. Saat ia berdiri, ia menatap Jillian dalam-dalam, dan tangannya sudah mengepal tinju. Kemudian, angin menjadi besar seperti ada badai tornado yang tiba-tiba saja terjadi. Semua murid bingung mengapa tadinya cerah malah menjadi berangin besar seperti ini.
        “Ada apa, ya? Mengapa angin tiba-tiba menjadi besar seperti ini?” gumam Aubrey bingung. Saat itu juga, George pergi dari situ dan angin tiba-tiba saja berhenti.
        Aneh sekali, pikir Aubrey. Kemudian, Jillian berteriak pada Aubrey. “Apa yang kau lakukan, Aubrey? Oh, aku tahu. Kau kan sudah menjadi pacarnya si Aneh yang Idiot itu.” serunya sambil tertawa centil bersama anggota gengnya.
        Aubrey marah terhadapnya juga, seperti George. Ia segera berlari ke arah Jillian yang mulai panik dan berusaha menyembunyikan diri di balik anggota gengnya. Tapi, Amy dan Lorie sudah berlari duluan.
        “Kau itu memang pengecut yang tidak tahu diri, Jill!” bentak Aubrey galak sambil menamparnya.
        “Berani sekali kau menamparku, Aubrey!” Saat Jillian meraba pipinya yang merah, ia merasa pipinya basah. Dan, ternyata pipinya memang basah seperti baru dikompres dengan air. “Menjijikan! Tanganmu pasti basah dengan keringat yang bau, Aubrey!”
        Basah? Bagaimana bisa basah padahal tadi saat aku menolong George berdiri tanganku kering?, pikir Aubrey bingung. Kemudian ia segera berlari ke rumah dengan bingung.

        Aubrey merenung di atas sofa di ruang tamunya, memikirkan apa yang terjadi sehingga tangannya bisa basah saat menampar Jillian. Paman Rick sedang bekerja, sebagai seorang manager restoran kecil di Lovirene, kota kecil di Wisconsin. Sedangkan, Bibi Mae sedang menonton berita.
        “Pemirsa, ini adalah sekilas info. Telah terjadi kebakaran hebat di apartemen yang terletak di pinggiran kota Lovirene. Apartemen yang berlantai 20 itu menelan hampir 45 korban tewas dan 34 korban luka,” kata seorang reporter.
        “Aubrey! Bukankah kau berkata bahwa kau punya tugas tentang laporan kebakaran? Coba dengarkan berita kebakaran hebat ini!” seru Bibi Mae membuyarkan renungan Aubrey.
        Aubrey berlari ke kamarnya di lantai atas, yang penuh dengan poster alat musik, dan segera turun kembali ke ruang tamu dengan buku catatan di tangan kiri dan bolpoin di tangan kanan.
        “20 mobil pemadam kebakaran sudah dikerahkan, tapi malang bagi orang-orang yang posisinya tidak terjangkau. Seorang gadis Inggris, berusia 19 tahun terjebak di lantai paling atas dan pemadam kebakaran tidak bisa menjangkau posisinya. Akan tetapi, alangkah kagetnya masyarakat saat gadis itu keluar dari pintu masuk apartemen tanpa luka sedikit pun dan ia berjalan dengan tenang keluar apartemen.” kata reporter itu panjang lebar. Aubrey sangat keheranan. Banyak sekali keanehan yang dilihatnya hari ini, ditambah berita ‘Gadis Tahan Api’ ini. Wajah Bibi Mae berubah drastis. Wajahnya yang semula ceria berubah pucat pasi seperti yang sedang melihat pembunuhan mutilasi tepat di depan matanya. Apakah ini saatnya?, tanyanya dalam hati.
        “Bibi Mae, bukankah ini sangat membingungkan dan mustahil? Mana mungkin ada seorang gadis dari lantai teratas, yang posisinya tidak bisa dijangkau oleh pemadam kebakaran, bisa keluar tanpa lecet sedikit pun?” tanya Aubrey heran.
        Bibi Mae segera memindahkan saluran televisi untuk mengalihkan perhatian Aubrey.
        “Pemirsa, kembali lagi ke acara Nature Amazing. Berikut adalah info sekilas. Seorang cowgirl berusia 27 tahun yang nekat berjalan menuju lumpur hisap. Anehnya, gadis ini tidak tenggelam, malah berjalan biasa seperti di tanah padat.
        “Apa lagi ini? Seorang gadis yang tidak bisa tenggelam di lumpur hisap? Bukankah ini aneh, Bibi?” Baru saja Aubrey menoleh ke belakang untuk menanyakan pendapat bibinya, Bibi Mae sudah pergi.



Chapter 2 : George

        “Aubrey, apa kau menonton berita tadi?” tanya Cassidy di telepon genggam.
        “Ya. Itu benar-benar aneh. Mana mungkin ada seorang gadis yang keluar dari kebakaran besar tanpa luka sekecilpun. Dan, bagaimana bisa ada orang yang bisa berjalan di atas lumpur hisap layaknya jalan di tanah biasa.” balas Aubrey.
        “Mungkin saja mereka itu diinjeksi oleh alien! Jadi mereka memiliki kekuatan yang luar biasa!” celetuk Cassidy.
        “Sudahlah, Cassidy. Itu mungkin hanyalah rekayasa. Atau, mungkin dua gadis itu hanyalah pesulap.” ujar Aubrey yang tidak terlalu percaya tentang alien. Walaupun gulungan kuno yang berisi cerita planet Verndari, klan Saemilega, dan Gothman sangat suka dibaca oleh Aubrey, ia tetap berpikir bahwa itu hanyalah sebuah cerita sebelum tidur.
        “Ya, kalau kau tak percaya tidak apa-apa, Aubrey. Lagipula, sudah kukatakan ini hanyalah perkiraanku. Aubrey, aku harus pergi. Mom menyuruhku mengantarkan pai ke rumah tetangga baru kami.” kata Cassidy. Aubrey mengucapkan selamat tinggal dan mematikan ponselnya.
        Aubrey mengambil gulungan tua itu lagi dari dalam laci meja belajarnya. Kemudian, ia membaca kembali gulungan itu. Ayolah, mana mungkin ada alien di kehidupan ini, seperti yang dikatakan di gulungan ini. Satu-satunya makhluk hidup di tata surya ini hanyalah manusia, hewan, dan tumbuhan. Yang namanya alien itu hanyalah mitos semata. Aubrey berkali-kali menyakinkan dirinya bahwa alien tidak ada. Walaupun ia harus mengakui bahwa ia memiliki pikiran sama seperti Cassidy. Aubrey kembali merenungi semua kejadian aneh yang dilihatnya hari ini. Tiba-tiba ada angin besar di hari yang cerah, dan tangannya tiba-tiba saja basah saat menampar Jillian.
        “Aku tidak bisa berlama-lama disini karena ini akan membuatku sinting.” gumam Aubrey. Ia beranjak dari tempat tidur dan melempar gulungan kuno ke dalam lacinya kembali.

        Remaja seperti Aubrey berbeda dengan remaja perempuan lainnya. Walaupun, ya, ia menyukai baju renang bermodel tanktop, tapi ia memiliki sisi tomboy-nya juga. Ia lebih suka mendengarkan lagu Heavy Metal daripada lagu-lagu yang dinyanyikan Miley Cyrus atau Selena Gomez.
        Taman di pinggir danau Lorke agak sepi, dan tempat sepi adalah tempat yang tepat bagi Aubrey untuk menenangkan diri. Walaupun ini agak berlebihan, ia was-was bila alien itu ada. Ia terus membolak-balikkan novelnya sampai ia merasa tenang.
        Saat sedang membaca sambil mendengarkan musik metal, ia mendengar seseorang telah terjatuh ke dalam danau Lorke.
        “Kalau kau membuat pacarku terganggu lagi, aku bersumpah akan melemparmu ke laut Merah di Mesir!” bentak seorang pria dengan suara seperti preman. Aubrey buru-buru mencari seseorang yang pasti sudah diceburkan oleh pria galak itu. Kemudian, Aubrey menemukannya.
        “George!” seru Aubrey. Ia buru-buru mengambil dahan patah yang cukup panjang dan mengulurkannya pada George yang sedang berenang ke pinggir.
        “Terima kasih, Aubrey.” kata George. Ia berdiri dan kemudian berjalan pergi.
        “Ada apa sebenarnya?” cegah Aubrey memegang tangan George. “Siapa pria yang tadi menceburkanmu ke danau?” Aubrey bertanya. Tapi, George menggeleng. “Jangan pura-pura tidak ada apapun. Aku yakin pasti ada. Sekarang duduk di kursi dan ceritakan semuanya.”
        Awalnya George ragu untuk memberitahukan masalahnya pada Aubrey. Tapi, kemudian ia berpikir apa gunanya memendam masalah berat sendirian?
        “Pria galak yang tadi menceburkanku adalah ayah tiriku. Ia menikah dengan ibuku beberapa bulan setelah ayahku meninggal lima tahun lalu. Dulu, ibuku adalah orang kaya karena ia adalah pewaris tunggal sebuah pabrik besar. Tapi, ayah tiriku mencuri uang ibuku dan ibuku pun bangkrut. Kami semua jatuh miskin. Karena stres, ibuku bunuh diri dengan lompat dari atap rumah. Dan, sejak kami miskin, ayah tiriku selalu memperlakukanku seperti kecoa kecil kotor yang tidak bisa melakukan apapun.” jelas George. Aubrey merasa iba dan empati.
        “Kau beruntung, pernah melihat orangtuamu. Sedangkan, sejak aku bayi aku dirawat oleh Paman Rick dan Bibi Mae. Mereka berkata bahwa orangtuaku meninggal dalam kecelakaan pesawat dan jasad mereka masih dalam pencarian. Paman Rick memberitahukanku bahwa kami bertiga, yaitu Paman Rick, Bibi Mae, dan aku adalah yang masih tersisa dari semua keturunan keluarga Velch.” Aubrey pun menjelaskan kehidupannya. George merasa kasihan sekali pada Aubrey yang bahkan tidak pernah melihat orangtuanya. Tapi, Aubrey yang periang segera mencerahkan suasana.
        “Aku dengar ada festival Summer Laugh di pusat kota. Ayo kita kesana!” seru Aubrey antusias. Tanpa memberikan kesempatan pada George untuk menjawab ya atau tidak, Aubrey langsung menarik tangan George untuk ikut dengannya.

        Ternyata, George sangat menyenangkan bila sedang gembira. Bahkan, bagi Aubrey, George lebih menyenangkan daripada Cassidy. Mereka berdua bersenang-senang pada hari itu dengan senyum lebar.
        Aubrey menantang George untuk memecahkan 10 balon di permainan Panah Balon. Dan, George berhasil memenuhi tantangan Aubrey itu. Hadiah yang didapatkan oleh George karena sudah memecahkan 10 balon adalah sebuah boneka penguin. Semua orang yang dekat dengan Aubrey pasti tahu bahwa ia sangat suka pada penguin. Maka dari itu, George memberikan boneka itu pada Aubrey.
        “Kau yakin akan memberikan boneka ini padaku?” tanya Aubrey.
        “Tentu. Kau adalah teman pertamaku yang membuat merasa lebih baik, Aubrey. Dan, aku juga tahu kau suka penguin.” jawab George.
        “Bagaimana kau tahu?”
        “Karena aku melihat banyak sekali benda-benda yang berhubungan dengan penguin di lokermu dan barang-barangmu.”
        Aubrey lebih jago memenangkan permainan daripada George. Dalam permainan Pancing Bebek, Aubrey berhasil mendapatkan 23 bebek sedangkan George hanya berhasil menangkap 4. Aubrey mendapat hadiah boneka Mickey Mouse, dan ia memberikannya pada George. Aubrey menganggap sekarang ia dan George sudah impas.
        Aubrey juga menantang George untuk menaiki wahana Thunder Scream. Itu adalah roller-coaster tinggi dan rutenya sangat menantang. Sebagian besar orang yang menaiki wahana itu muntah berat.
        “Jangan takut, George. Tidak akan ada alien angin yang membawamu terbang.” canda Aubrey saat mereka berdua duduk di kursi terdepan. Kata-kata ‘alien angin’ membuat George kembali murung, tapi ia berhasil meyakinkan Aubrey bahwa ia senang. Aubrey pun mulai merasakan betapa dekat dan terikatnya ia dan George.




Chapter 3 : The Wise Mermaid

        “Aubrey, kau darimana saja? Kau melewatkan makan malam.” kata Paman Rick saat Aubrey tiba di rumah pukul setengah delapan malam.
        “Maaf, Paman. Tadi aku baru saja bersenang-senang bersama teman.” jawab Aubrey.
        “Ya, tapi tadi kami sudah mendiskusikan lokasi untuk liburan kita.” celetuk Bibi Mae sambil meminum teh-nya.
        “Benarkah? Kalau begitu, kemana kita akan pergi?” tanya Aubrey antusias. Ia sangat berharap bahwa Paman dan Bibinya yang kuno itu tidak memilih tempat yang dingin lagi untuk liburan musim panas.
        “Kita akan pergi ke pantai Loo Sand yang baru dibuka itu. Katanya, pantai itu memiliki pemandangan yang menakjubkan.” kata Paman Rick. Akhirnya! Paman Rick dan Bibi Mae tidak salah memilih tempat lagi!, pikir Aubrey girang.
        “Kalau begitu, aku perlu dibelikan baju berenang yang baru.” rengek Aubrey manja dengan seringai nakal di wajahnya.
        “Baju berenangmu kan masih cukup. Untuk apa membeli yang baru?” ujar Paman Rick sambil terus menonton konser Tom Jones. Paman Rick masih saja belum mengerti!
        “Ugh, Paman ini payah sekali! Masa Paman tidak mengerti apa yang kumaksudkan?!” kata Aubrey jengkel. Bibi Mae tertawa.
        “Rick, yang dimaksudkan Aubrey ada baju renang tank-top. Ia meminta dibelikan baju renang tank-top.” kata Bibi Mae terkikik.
        “Oh, itu. Ya sudahlah. Paman juga sudah bosan melarangmu. Tetap saja kau meminta, mungkin sudah 50 kali lebih.” kata Paman Rick sambil merogoh kantung celananya. Ia memberikan Aubrey 40 dolar.
        “40 dolar? Apa ada baju renang yang bisa dibeli dengan harga 40 dolar?! Ayolah. Paman ini seperti Mr. Krab di Spongebob Squarepants saja yang pelit!” gerutu Aubrey pada Paman Rick yang pelit itu. Paman Rick dan Bibi Mae tertawa.
        “Ya sudah, Aubrey. Ini, Bibi tambahkan 30 dolar.” kata Bibi Mae sambil menyodorkan uang 30 dolar. Senyum Aubrey merekah dan ia langsung pergi ke toko perlengkapan pantai.

        “Baju renang ini harganya hanya 55 dolar. Terbuat dari bahan yang sangat nyaman.” kata seorang pegawai toko perlengkapan pantai. Aubrey lumayan suka akan baju renang yang ditawarkan padanya itu. Baju renang itu berwarna biru belang putih dan tali yang menjulur dari punggung sampai ke siku.
        “Aku ambil yang ini.” kata Aubrey.
        Segera setelah membeli baju renang “normal”-nya, Aubrey pulang untuk melihat bagaimana penampilannya dengan baju renang barunya. Jalan dari toko baju renang dan rumahnya cukup dekat, jadi ia memutuskan untuk jalan kaki daripada naik taksi. Aubrey sebelumnya tidak pernah tahu rumah George, tapi di malam itu ia tahu dimana George tinggal.
        George tinggal di rumah yang setua Wisconsin. Di depan rumah itu terdapat sebuah truk yang biasa dipakai petani. Aubrey bisa mendengar jelas seorang pria berteriak di dalam rumah itu. Bagaimanapun juga, Aubrey yakin itu adalah George malang yang sedang dimarahi habis-habisan oleh ayah tirinya yang jahat.
        Aubrey segera berlari pergi karena tiba-tiba saja ada angin besar. Aubrey khawatir akan hujan besar dan ia pun segera berlari pulang.

        “Aubrey, kau sudah memasukkan semua perbekalan yang ada di dalam daftar?” teriak Bibi Mae dari lantai atas.
        “Semuanya sudah, Bi. Aku sedang membuat roti selai coklatnya.” jawab Aubrey sambil mengolesi beberapa roti dengan selai coklat.
        “Aubrey, bagaimana bisa kau melupakan baju renangmu?” tanya Paman Rick sambil turun menuju dapur. Ia sedang memegang baju renang Aubrey yang seperti penyelam itu.
        “Paman, apakah Paman lupa bahwa aku sudah memiliki baju renang baru? Aku kan baru membelinya kemarin.”
        Paman Rick menepuk keningnya. Kemudian, ia kembali ke atas untuk menyimpan baju renang Aubrey.

        “Baguslah, Aubrey, karena akhirnya kau diizikan juga membeli baju renang “normal”.” celetuk Cassidy saat ia dan Aubrey sedang berjemur di pantai.
        “Ya. Apalagi, baju renang ini murah walaupun modelnya bagus. Jadi, kubeli saja.” balas Aubrey.
        Aubrey merasa bosan berjemur. Memang, ia juga ingin mencoklatkan kulitnya. Tapi, kulit Aubrey akan mudah terbakar walaupun memakai sun-block. Jadi, karena ia bisa berselancar, ia memutuskan untuk menyewa papan selancar.
        “Hati-hati pada ikan hiu, Aubrey!” canda Cassidy.
        Aubrey sebenarnya seorang peselancar yang handal. Banyak teman-temannya yang iri padanya karena ia seorang peselancar terbaik di sekolah. Aubrey mendapatkan 10 lebih piala lomba selancar. Tapi, yang akan terjadi sekarang saat Aubrey berselancar bukanlah penghargaan. Melainkan…
        “Ahh!!!” teriak Aubrey. Sesuatu menarik kakinya sehingga ia jatuh dari papan selancarnya.
        Aubrey merasa ada tangan yang menarik kakinya dan membawanya masuk ke dalam air. Aubrey meronta-ronta untuk dilepaskan kaki kanannya. Tapi, genggaman tangan itu semakin kuat membawa Aubrey ke dasar laut. Aubrey mulai panik.
        Saat sudah sampai di sebuah gua bawah laut, kaki Aubrey diikat kuat oleh sebuah rumput laut. Rumput laut itu mungkin saja hidup, tapi itu tidak wajar. Dan, saat Aubrey menoleh pada sosok aneh yang sudah menariknya ke bawah laut, sosok itu adalah seorang wanita yang kakinya adalah ekor!
        “Siapa kau?! Apa kau ingin membunuhku dengan…” Aubrey tiba-tiba menutup mulutnya. Bagaimana bisa aku bicara dengan jelas di dalam air? Dan… aku juga bisa bernapas!, kata Aubrey dalam hati.
        “Maaf kalau pertemuan kita tidak berjalan dengan baik. Semua orang di Verndari memanggilku The Wise Mermaid (=putri duyung yang bijak).” jelasnya.
        “Tapi.. bagaimana bisa aku bicara dan bernapas dalam air?! Apa yang terjadi?! Dan, putri duyung itu kan hanya sebuah cerita mitos belaka!!!” gerutu Aubrey yang mengira dirinya sudah gila.
        “Akan kujelaskan semuanya,” kata Wise Mermaid. “Aku yakin, saat paman dan bibimu menemukanmu, mereka berkata terdapat kalung dan sebuah gulungan kuno di keranjang bayimu?” Aubrey mengangguk walaupun ia heran mengapa tokoh cerita terkenal ini mengetahui semuanya. “Dan, mereka tidak pernah memberitahukanmu yang sebenarnya, aku yakin itu. Oh ya, aku yakin juga kalau cerita planet Verndari di gulungan kuno itu menjadi cerita favoritmu? Kalungmu, naga air, yang selalu kau pakai? Sudah waktunya, Aubrey. Ini sudah waktunya.”
        “Waktu untuk apa? Dan, bagaimana kau tahu semuanya? Apa maksudmu bahwa Paman Rick dan Bibi Mae tidak pernah mengatakan yang sebenarnya padaku?” tanya Aubrey masih keheranan.
        “Cerita Empat Ksatria Elemen itu… nyata, Aubrey. Dan, asal kau tahu saja, kau adalah salah satu dari Empat Ksatria Elemen itu. Kau diberikan kalung yang berlambang naga air, itu semua karena kau adalah Ksatria Air. Kalungmu itu berisi semua kekuatanmu.” jelas Wise Mermaid. Aubrey spontan terkejut. Padahal, itu hanyalah sebuah cerita alien di gulungan kuno! Ia tetap tidak bisa percaya.
        “Kau berbohong. Bahkan, kau sendiri adalah bohong.”
        “Aku tidak pernah berkata bohong, Aubrey. Bohong bukanlah tindakan bijak. Dengarkan aku baik-baik, di gulungan itu berkata, bahwa Gothman mengutus anak-anaknya ke bumi untuk menemukan Empat Ksatria Elemen dan merampas kalung kalian, kan? Kau, dan tiga ksatria lainnya harus mengalahkan semua anak-anak Gothman untuk selamat!” kata Wise Mermaid berusaha membuat Aubrey percaya padanya.
        “Aku tidak mau! Kalaupun itu benar, aku tidak mau menjadi Ksatria Elemen! Tidak! Aku tidak akan membahayakan diriku sendiri dan juga keluargaku! Lagipula, aku tidak tahu apapun soal mengendalikan air!” gerutu Aubrey. Ia berusaha melepaskan diri dari ikatan rumput laut itu, tapi usahanya sia-sia.
        “Kau akan mempelajarinya. Kau tidak bisa menyerahkan bumi begitu saja pada Gothman. Karena, kalau Empat Ksatria Elemen terkalahkan, itu berarti semua orang di bumi pun akan mati! Dan Planet Verndari tidak akan pernah terselamatkan! Kau juga harus menemukan ksatria lainnya untuk mengalahkan pasukan Gothman.”
        “Kalau begitu, yang lainnya bisa kan mengalahkan para alien jahat itu tanpaku?! Lagipula, bagaimana bisa aku menemukan semuanya?! Bisa saja mereka ada di Siberia, Cina, Jepang, bahkan di Antartika! Bagaimana bisa juga aku tahu bahwa mereka adalah Ksatria Api, Angin, dan Bumi?!!!”
        “Kalau salah satu dari kalian tidak bertempur, Gothman tidak bisa dikalahkan. Kau mau tahu, bagaimana mengetahui mana yang ksatria dan mana yang bukan?! Mudah saja! Bisakah kau menjelaskan soal gadis 19 tahun yang bisa keluar dari kebakaran hebat tanpa luka sedikit pun?! Dan, bagaimana kau bisa menjelaskan saat seorang gadis bisa berjalan melintasi kolam lumpur hisap seperti jalan di tanah biasa?!” The Wise Mermaid mulai memberikan petunjuk pada Aubrey. Dan, Aubrey pun mulai paham bahwa kedua gadis itu adalah Ksatria Api dan Bumi. Tapi, tetap saja Aubrey menggeleng. “Kalau kau menolak, kau akan berakhir seperti ksatria tumbuhan dan petir. Mereka tidak dituliskan karena mereka sudah dibunuh di Verndari dan tidak ikut bersama kalian ke bumi!”
        Aubrey pun menyerah. “Bagaimana dengan ksatria angin?”
        “Ia sangat dekat denganmu…” ujar The Wise Mermaid sambil perlahan-lahan memudar.
        “Apa maksudmu? Apa itu Cassidy? Jane? Atau Elle? Hey, tunggu! Hey!!!” Aubrey berteriak-teriak mencegah putri duyung itu pergi tapi tetap saja tidak bisa. Rumput laut yang mengikat Aubrey terlepas dan Aubrey pun kembali berenang ke permukaan.










Chapter 4 : Suspicious

        Aubrey berlari pulang dari pantai menuju rumah dengan marah. Paman Rick dan Bibi Mae pulang terlebih dahulu dari pantai saat Aubrey berbicara dengan The Wise Mermaid. Mereka berpikir Aubrey baik-baik saja. Tapi, bukan itu yang membuat Aubrey marah.
        “Bagaimana bisa kalian tidak pernah memberitahukanku soal ini?! Mengapa kalian diam saja dan bersikap seolah-olah aku ini hanya gadis berusia 17 tahun biasa?!!!” bentak Aubrey di rumah.
        “Aubrey, terlarang bagi kami untuk memberitahukanmu sebelum waktunya. Kami tidak bisa memberitahukannya, karena hanya salah satu malaikat Verndari saja yang bisa memberitahukanmu.” jelas Bibi Mae dengan nada menyesal.
        “Tapi, setidaknya kalian bisa memperingatkanku soal ini, agar aku bisa melakukan persiapan mental! Lupakan saja. Bila aku bicara sekarang, semuanya sia-sia saja!” gerutu Aubrey. Ia berlari keluar. Bibi Mae berusaha mengejarnya, tapi Paman Rick menghentikannya.
        “Biarkan Aubrey menenangkan diri terlebih dahulu, Mae.” ujar Paman Rick. Bibi Mae menangis karena menyesal.

        Aubrey merenung di taman pinggir danau Lorke yang sepi. Ia tidak percaya bahwa cerita favoritnya itu ternyata adalah kisah nyata. Dan, ia salah satu dari empat karakter utama.
        Saat Aubrey sedang murung, ia tidak sadar bahwa George tiba-tiba duduk di sampingnya.
        “Hey, Aubrey!” serunya mengejutkan Aubrey. Aubrey memutar bola matanya sambil tersenyum kecil. “Ada apa? Sepertinya kau sedang ada dalam masalah.”
        Aubrey pun mulai berani bicara. “Apa yang akan kau pilih : Kau bertarung demi dunia tapi itu bisa membahayakan nyawamu dan nyawa keluargamu, atau kau membiarkan orang lain yang menyelamatkan dunia agar kau dan keluargamu aman?”
        George merenung terlebih dahulu. Wajahnya langsung berubah murung seperti Aubrey. “Entahlah. Aku juga sedang berada di situasi yang sama mengecohnya denganmu, Aubrey.”
        “Pasti dengan ayah tirimu lagi.” ujar Aubrey. George tersenyum sekilas. George mulai berpikir bahwa Aubrey akan bisa menghibur dirinya sendiri, seperti sebelumnya. Tapi, perkiraannya salah. Kali ini, Aubrey tidak bisa menghibur dirinya sendiri lagi.
        “Ayolah, Aubrey. Ini bukan kau yang sebenarnya. Kau adalah gadis yang ceria. Kau selalu bisa menghibur dirimu sendiri. Ayo, giliranku menghiburmu.” celetuk George. Seperti yang telah Aubrey lakukan, George menarik Aubrey ke suatu tempat tanpa memberikan kesempatan pada Aubrey untuk menjawab ya atau tidak.
        George mengajak Aubrey ke Diving Coaster. Itu adalah wahana yang baru saja dibuka di festival Summer Laugh. Roller-coaster itu dibuat di dalam sebuah danau yang dalam. Maklum, kota kecil dimana Aubrey tinggal, Lovirene, banyak danaunya.
        “Bagaimana kita bisa menahan napas di dalam air?” tanya Aubrey saat ia dan George mengencangkan sabuk pengaman.
        “Karena atapnya ditutupi kaca.”
        Wahana Diving Coaster itu melaju begitu kencang. Lebih kencang daripada Thunder Scream. Apalagi, di danau itu banyak ikan karnivora yang hampir saja tertabrak oleh roller-coaster Aubrey dan George.

        Setelah puas bermain seharian, Aubrey dan George kembali duduk di kursi taman danau Lorke yang sepi. Mereka memakan es krim blueberry dengan karamel. Sebenarnya, Aubrey yang meminta George membelikan es krim itu untuknya karena ia tidak membawa dompet.
        “George, kalau kau sedang ceria, kau itu lebih menyenangkan daripada Cassidy.” kata Aubrey jujur.
        “Trims,” ujar George. Ia memegang tangan Aubrey. “Aku senang berteman denganmu, Aubrey.”
        Mereka saling bertatap muka selama dua menit penuh. Aubrey mulai agak tegang, dan muka George memerah. Tiba-tiba, angin kencang yang selalu datang menadak datang lagi. Air di danau Lorke yang dalam pun ikut bergejolak.
        “Permisi, Aubrey. Aku harus pulang sebelum Gary mencariku.” kata George memecahkan kesunyian tegang antara ia dan Aubrey. Aubrey mengangguk dan membiarkan George pergi karena ia tidak ingin membuat George dalam masalah dengan ayah tirinya.
        Aubrey mulai menyadari bahwa ada sesuatu yang aneh. Ia kembali ingat angin yang tiba-tiba datang, dan air danau Lorke yang bergejolak. Aubrey pun mengetahui bahwa karena ia pengendali air, air akan bergerak sesuai emosinya. Tapi, bagaimana dengan angin?
        “Bagaimana dengan ksatria angin?” Aubrey mengingat percakapannya dengan The Wise Mermaid. “Ia sangat dekat denganmu…” Kemudian, Aubrey mulai berpikir bahwa George mungkin Ksatria Angin. Karena, angin yang datang tiba-tiba selalu datang saat George sedang emosi. Seperti saat ia marah pada Jillian, dan… mungkin tadi George sedang tegang saat bertatapan muka dengan Aubrey karena pipinya merah.
        “Aku harus mencari tahu apa benar George itu Ksatria Angin?” gumam Aubrey. Semua ini… mencurigakan baginya.

Chapter 5 : Unexpected Power & A Disaster

        Aubrey masih di danau Lorke. Ia belum siap pulang ke rumah dan bicara dengan Paman Rick dan Bibi Mae. Terdapat tiga hal yang sedang diselidiki oleh Aubrey di pikirannya : 1. Mengapa Paman Rick dan Bibi Mae tidak memberitahukannya apapun soal kekuatannya. 2. Apa benar George adalah Ksatria Angin? 3. Apa yang harus ia pilih : Hidupnya dan keluarganya atau keselamatan dunia?
        Aubrey beranjak dari kursinya dan berdiri tepat di pinggir tebing danau Lorke. Tebing itu hanya setinggi 2 meter, jadi tidak terlalu tinggi. Karena marah, Aubrey menghentakan tangannya. Tiba-tiba, muncul sebuah ombak yang agak tinggi dari danau.
        “Whoa! Apa yang terjadi?!” seru Aubrey terkejut.
        Aubrey berseringai nakal menatap tangannya. Kemudian, ia hentakkan lebih keras dan ombak semakin besar dan tinggi sampai ia terkena ombak itu. “Luar biasa!!!!” serunya kegirangan.
        Kemudian, ia memutar tangannya, dan ombak besar yang berputar pun muncul! Ia membayangkan es, dan ia mengangkat tangannya. Yang terangkat bukanlah air, tapi es!
        “Keren!!! Aku tidak tahu bahwa menjadi Ksatria Air bisa sekeren ini!” serunya senang. Kemudian, ia membayangkan es tajam yang begitu banyak. Dan, saat ia mengangkat tangan, es-es itu sendiri hampir menusuk perut Aubrey!
        Aubrey pun sekarang menyadari, bahwa ia tidak akan mungkin disuruh bertarung dengan alien yang jahat bila ia tidak mempunyai kekuatan. Aubrey pun mulai yakin, bahwa ia bisa menyelamatkan dunia dan juga bisa menyelamatkan dirinya sendiri serta Paman Rick dan Bibi Mae.
        “Aku harus segera pulang agar bisa menunjukkan kekuatanku ini pada Paman Rick dan Bibi Mae. Aku pun harus minta maaf pada mereka karena sedang membentak-bentak.” kata Aubrey. Ia pun berlari kembali ke rumah dengan senang.

        “Paman Rick! Bibi Mae!” seru Aubrey melompat-lompat saat membuka pintu depan.
        “Aubrey, kau darimana saja? Apa kau tidak tahu bahwa Bibi dan Paman sangat cemas?!” seru Bibi Mae sambil memeluk Aubrey. Aubrey membalas pelukan Bibi Mae. Kemudian, Paman Rick bergabung.
        “Sekarang, aku tahu bahwa aku ini mampu untuk bertarung menyelamatkan dunia. Tapi, aku bertarung untuk dunia, planet asalku, dan juga keselamatan kita bertiga.” ujar Aubrey.
        “Dengar, Aubrey. Kau harus tahu bahwa paman dan bibi tidak pernah memberitahumu karena…” Kata-kata Paman Rick disela oleh Bibi Mae.
        “Kita bicarakan itu nanti. Sekarang, ayo kita masak makan malam yang enak untuk merayakan apa yang sudah didapatkan Aubrey,” kata Bibi Mae. Ia memberikan daftar belanja pada Aubrey. “Kau suka kalkun, kan, Aubrey?” Aubrey mengangguk. Ia segera berlari menuju toserba untuk membeli apa yang ada di daftar belanja.
        “Mengapa kau tidak membiarkanku menjelaskan semuanya pada Aubrey, Mae?” tanya Paman Rick saat Aubrey sudah jauh.
        “Kita jangan dulu membicarakan soal itu. Sekarang, kita hanya perlu membuat Aubrey bahagia sampai waktunya untuk bertarung.” jawab Bibi Mae.

        “Kalkun sudah. Saus tomat sudah. Dan, jagung juga sudah.” kata Aubrey sambil mengecek kembali kantung belanjaannya. Kemudian, ia berjalan pulang ke rumah. Pada saat Aubrey sedang berjalan menuju rumah dari toserba, itu sudah pukul 7 malam.
        Saat Aubrey pulang, ia mencoba membuka pintu depan. Tapi, pintunya terkunci! Mana mungkin Paman Rick dan Bibi Mae mengunci pintu padahal aku sedang belanja ke toserba?, tanya Aubrey dalam hati. Ia berjalan menuju pintu dapur. Untung tidak terkunci, katanya dalam hati. Ia menyimpan kantung belanjaan di atas meja makan dan mencari Paman Rick dan Bibi Mae yang tiba-tiba saja menghilang.
        “Paman Rick! Bibi Mae!” panggil Aubrey sambil menaiki tangga menuju tangga atas. Semua lampu di rumah dimatikan, tidak tahu ada apa. Dan, Aubrey masih menganggap Paman Rick dan Bibi Mae hanya bercanda.
        Tapi, kemudian, saat Aubrey berdiri di depan pintu kamarnya yang tertutup, ia menginjak sesuatu yang cair. Sebenarnya tidak terlalu cair, hanya saja licin. Aubrey membuka pintu kamarnya dan menyalakan lampu. Saat itu juga ia menyadari cairan kental licin yang diinjaknya adalah darah. Ia juga melihat suatu makhluk berbadan besar sedang menusuk Paman Rick dengan pisau yang tak kalah besarnya. Bibi Mae sudah terlihat kaku dan pucat pasi, tidak bernyawa. Paman Rick melihat Aubrey dan berkata, “Aubrey, lari!!!!” teriaknya. Makhluk besar yang menusuknya pun jadi sadar akan keberadaan Aubrey di kamar itu.
        Aubrey merasa bimbang, tapi ia pun akhirnya lari juga.
        Ia lari pontang-panting dengan panik. Saat ia menubruk pintu dapur untuk keluar, ia mendengar suara langkah kaki raksasa yang sudah membunuh Paman Rick dan Bibi Mae telah mencapai ruang makan. Aubrey berlari tidak tentu arah sambil menangis karena takut dan menyesali kematian Paman Rick dan Bibi Mae. Ia salah, karena pasti ada nyawa yang mati di setiap pertarungan.

Chapter 6 : Fight on Lorke Lake

        Saat Aubrey sudah berlari setengah kilometer dari rumahnya, ia sadar ia berlari menuju danau Lorke. Entah mengapa, tapi sepertinya danau itu menarik Aubrey kesana. Dan, Aubrey hanya bisa berlari dan berlari tanpa melihat ke belakang. Ia bersyukur karena sedang memakai sepatu kets khusus untuk berlari. Jadi, kaki Aubrey lebih enak untuk berlari.
        Tiba-tiba, seekor monster berekor jarum muncul di depan Aubrey, menghadangnya.
        “Aaa!!!” teriak Aubrey. Ia berusaha lari, tapi ekor jarum monster itu mengenai tangannya sehingga tangan Aubrey terluka. Kemudian, Aubrey sadar tidak ada air di sekitar situ, tapi ia tetap mengangkat tangannya untuk menghasilkan ombak besar. Dan, ombak besar keluar dari tanah! Ombak itu melempar monster ekor jarum itu ke langit dan Aubrey tidak tahu dimana monster itu mendarat. Untuk apa aku mempedulikan seekor monster yang hampir saja membunuhku?!, pikir Aubrey. Kemudian, ia sadar ada monster lainnya yang mengejar di belakang. Aubrey pun kembali mengambil kuda-kuda dan berlari secepat mungkin ke danau Lorke.
        Saat sudah hampir mencapai pinggir tebing, Aubrey berusaha berhenti. Tapi, karena sudah berlari terlalu cepat Aubrey tidak bisa mengerem dan terjatuh ke dalam danau.
        Kemudian, Aubrey merasakan sesuatu bercahaya saat ia sedang di dalam air. Kalung naga air-nya tiba-tiba bercahaya! Seolah-olah ada seseorang yang mengaliri kekuatan, Aubrey berenang ke permukaan dengan gerakan memutar. Dan, ia bisa berdiri tegap di atas air!
        Aubrey menanti seorang monster yang suara kakinya begitu berat dan terdengar jelas walaupun jarak Aubrey dan monster itu cukup jauh.
        Dan, saat monster itu muncul…
        “Kyaaa!!!!” teriak Aubrey sambil mengangkat tangannya. Ombak yang sangat sangat besar pun keluar. Terdapat tiga monster yang baru saja dilempar jauh oleh ombak yang dibuat oleh Aubrey.
        Kemudian, muncul seorang makhluk raksasa, yang atasnya berwujud manusia tapi kakinya berwujud kaki kambing. Alien itu mengangkat senjata yang begitu besar dan menembakkannya ke arah Aubrey. Untung saja Aubrey bisa menghindar ke samping sebelum peluru raksasa senjata alien itu membakarnya. Alien itu langsung melompat ke air dan ia juga bisa berdiri tegap. Tapi, sebelum ia sempat menyentuh airnya, Aubrey sudah mengeluarkan sebuah es tajam yang cukup besar dan menusuk alien itu. Wujud alien itu memudar seperti debu. Aubrey mencari-cari alien yang sudah membunuh Paman Rick dan Bibi Mae, tapi ia belum muncul juga.
        Seekor monster ekor jarum lainnya melompat ke dalam danau dan menjulurkan lidahnya yang panjang seperti ular ke arah Aubrey. Karena Aubrey terkena lidah itu, ia terlempar sampai ia terbanting ke tebing barat danau Lorke. Tapi, ia langsung bangkit dan menurunkan tangannya. Monster itu ternggelam dan terperangkap dalam danau, tanpa bisa keluar. Seperti saat sedang terperangkap dalam danau yang beku.
        Seekor monster muncul kembali, tapi Aubrey sudah menusukkan es ke perut monster itu sehingga ia tidak bisa menusukkan ekornya ke dada Aubrey. Tiba-tiba, ada angin yang begitu kencang datang. Dan, bersamaan dengan angin itu, seekor monster ekor jarum terlempar ke arah Aubrey. Aubrey bisa menghindar dengan cara melompat tinggi. Tapi, siapakah yang sudah melemparkan monster itu dengan angin yang begitu kencang?
        Seekor monster terlempar lagi ke danau Lorke. Kemudian menjadi dua, tiga, dan empat. Dan, terakhir alien yang seperti alien yang membawa senjata yang sudah ditusuk Aubrey ikut terlempar. Tapi, karena alien itu masih sadar, ia bisa melihat Aubrey. Kemudian, ia membidik Aubrey. Akan tetapi, Aubrey langsung menenggelamkan alien itu. Aubrey pun memperhatikan seseorang, yang pasti adalah Ksatria Angin, yang telah melempar alien dan beberapa monster ke danau. Sungguh terkejutnya Aubrey….
        “George?!” serunya terkejut. George melirik Aubrey, dan ia pun sama terkejutnya. “Aubrey?!”
        “Jadi selama ini perkiraanku benar, bahwa kau adalah Ksatria Angin?” tanya Aubrey. George pun membalas, “Dan, perkiraanku pun benar karena kau adalah Ksatria Air.”
        Saat itu juga, 5 ekor monster ekor jarum muncul. Aubrey langsung mengeluarkan tiga es dan menusuk tiga diantara lima monster itu. George pun menembakkan angin kencang yang melempar dua monster lagi.
        “Ayo, Aubrey!” seru George. Aubrey langsung melompat indah keluar dari danau dan ikut berlari bersama George.
        Aubrey dan George terus berlari. Sampai akhirnya, seekor monster terbesar dan seorang alien muncul menghadang. Saat itu juga, Aubrey sadar bahwa alien yang menghadang mereka adalah alien yang telah membunuh Paman Rick dan Bibi Mae.
        “Kau!!!!” seru Aubrey marah. Tapi, baru saja Aubrey akan menyerangnya, George sudah memegang tangannya dan tiba-tiba saja mereka berdua sudah ada di pusat kota. Jauh dari rumah Aubrey dan George. “Mengapa kau membawaku pergi?! Mengapa?!” bentak Aubrey.
        “Tenang. Kita tidak bisa bertarung lagi karena nanti energi kita akan drop di pertarungan utama. Sekarang, kita istirahat dulu sebelum mencari yang lain.” jelas George berusaha menenangkan Aubrey. Tapi, bagaimanapun juga Aubrey sangat dendam pada alien yang sudah membunuh Paman Rick dan Bibi Mae-nya.

Chapter 7 : The Explanation

        “Saya mau menyewa satu kamar hotel deluxe dengan empat kamar dan kamar mandi lebih dari satu.” kata Aubrey kepada resepsionis hotel MayFlower yang mewah. Aubrey kebetulan sennag membaca majalah, dan ia sungguh ingin mencoba kemewahan di hotel favorit artis-artis ini.
        “Baiklah. Ini kunci kamar anda. Kamar Emas Spesial nomor 4. Untuk sehari baiayanya 1000 dolar. Anda akan tinggal berapa hari?” tanya resepsionis sambil menyodorkan sebuah kunci.
        “Sekitar 3 hari.” jawab Aubrey. Kemudian, George berbisik ke telinga Aubrey. “Apa kau punya uang 3000 dolar? Darimana kau mendapatkannya?” tanya George. Aubrey pun membalas, “Jangan khawatir. Aku mempunyai kartu kreditku sendiri, sebanyak 2500 dolar. Dan, aku juga mengambil kartu kredit keluarga yang sudah ditabung sehingga sekarang ada 50.000 dolar.” George langsung menggeleng.
        “Ini.” kata Aubrey menyodorkan kartu kredit keluarga pada resepsionis.
        Setelah resepsionis mengucapkan “Terima kasih. Semoga anda menikmati kamar anda.”, Aubrey menyuruh George ke kamar duluan. Aubrey rasa akan lebih baik bila mereka ganti penampilan mereka. George tidak suka laki-laki botak, jadi ia lebih suka hanya mengecat rambut pirangnya menjadi rambut coklat. Sedangkan, Aubrey akan memotong pendek rambutnya dan mengecat hitam.   

        Aubrey segera tiba di sebuah toko serbaguna. Toko itu buka 24 jam, jadi Aubrey bisa datang kesana dan membeli semuanya walaupun sudah pukul setengah dua belas malam. Aubrey membeli sebuah gunting rambut, cat rambut hitam, dan cat rambut coklat tua. Ia pun membeli beberapa pakaian. Karena, Aubrey dan juga George sama-sama tidak berkemas sebelum pergi.
        Setibanya di hotel, aroma yang harum tercium dari balkon hotel.
        “Hai, Aubrey. Aku memasak makan malam karena aku belum makan malam. Dan, aku yakin kau juga belum makan,” sapa George sambil membawa dua piring Hotcakes. “Aku hanya bisa memasak ini untuk makan malam.”
        “Tidak apa-apa, George. Ayo, kita makan. Oh ya, aku sudah membeli cat rambut dan beberapa pakaian. Kita kan tidak membawa pakaian satupun dari rumah,” ujar Aubrey. Ia dan George duduk di depan bufet putih bundar. Di masing-masing piring, terdapat secangkir teh hangat. Aubrey menyuap Hotcake-nya duluan. “Ternyata, kau ini bisa masak juga, ya.” George tertawa mendengar pujian Aubrey. Kemudian, ia berubah serius.
        “Kita harus menemukan Ksatria Api malam ini juga. Karena ia lebih dekat dengan kita daripada Ksatria Bumi.” katanya sambil menghirup teh-nya.
        “Tentu.”
        George memperhatikan kejanggalan pada Aubrey. Aubrey terlihat sedih sekali. Tidak salah lagi bahwa Aubrey masih mengingat kejadian yang terjadi pada Paman Rick dan Bibi Mae.
        “Aubrey, apa kau baik-baik saja?”
        “Ya. Aku hanya mengingat kenangan-kenangan indahku bersama Paman Rick dan Bibi Mae. Mereka dibunuh oleh alien yang tadi menghadang kita. Aku bergitu marah padamu karena kau membawaku pergi sebelum aku sempat membunuh alien yang satu itu.” jelas Aubrey. Ia menitikkan air mata, tapi ia segera menghapusnya.
        “Aubrey, belum waktunya kita bertarung melawan alien yang tadi. Ia adalah pemimpin pasukannya, jadi bila kita menyerangnya sendirian, kita tidak akan menang. Aku turut berduka cita ya, Aubrey. Tapi, ramalan memang mengatakan setiap manusia yang merawat kita akan dibunuh sebelum anak-anak Gothman membunuh kita. Gary pun ikut dibunuh.” kata George sambil menyuap Hotcake-nya.
        “Tapi, sebelum Bibi Mae menyuruhku pergi ke toserba, Paman Rick ingin mengatakan sesuatu. Tapi, Bibi Mae menyela. Ia berkata,” Aubrey berusaha mengingat apa yang dikatakan oleh Paman Rick. “Kau harus tahu bahwa Paman dan Bibi tidak pernah memberitahumu karena…”
        “Mungkin pamanmu berusaha memberitahumu soal kutukan, Aubrey,” Aubrey mengangkat alisnya. “Kau pasti belum mendengar ini. Saat kita semua diturunkan ke bumi, pemimpin planet Verndari memilih manusia terbijak untuk merawat kita. Untukku, adalah Ray dan Mimi Williams. Untukmu, tentu saja Rick dan Mae Velch. Sewaktu mereka membuka gulungan yang dibawa oleh setiap bayi dari Verndari, kutukan telah dilemparkan pada mereka. Yaitu kutukan Leyndarmal.” jelas George panjang lebar.
        “Apa itu kutukan Leyndarmal?” tanya Aubrey lagi.
        “Leyndarmal, dalam bahasa Islandia adalah Rahasia. Kutukan itu berarti, orang yang merawat kita tidak boleh memberitahukan pada kita bahwa kita memiliki kekuatan yang luar biasa. Hanya para malaikat Verndari saja yang boleh. Akan tetapi, ayahku memberitahuku, dan ia mati.”
        Aubrey langsung menitikkan air mata. Sekarang ia paham mengapa Paman Rick dan Bibi Mae tidak memberitahukannya yang sebenarnya.


Chapter 8 : An Arogant English Girl

        Pukul setengah dua pagi, Aubrey dan George sedang sibuk merubah diri. Aubrey, di kamar mandi yang ada di kamarnya, memotong pendek rambutnya sampai sebahu dan dicat hitam. Ia juga menyisakan poni agar lebih terlihat berbeda. George, di kamar mandi yang ada di ruang keluarga, memotong sedikit rambutnya dan dicat coklat. Mereka sekarang sudah terlihat berbeda dari segi fisik.
        Setelah berpakaian, Aubrey dan George berdiskusi di ruang keluarga. Aubrey dan George saling bertanya apa mereka sudah terlihat beda. Dan, tentu saja jawabannya ya.
        “Kita harus mencaritahu dimana Ksatria Api tinggal saat ini.” ujar George.
        “Aku tahu. Ia tinggal di apartemen yang jaraknya hanya 10 blok dari apartemen lamanya.” jawab Aubrey dengan senyum puas.
        “Darimana kau tahu?” tanya George.
        “Makanya, kau harus bisa bersosialisasi dengan internet,” ledek Aubrey. “Ayo.”

        Aubrey membawa George ke sebuah apartemen yang begitu kumuh. Nama apartemen itu adalah Comfort Pinky. Mengapa ada kata-kata Comfort (=nyaman) di tempat sekumuh ini?, tanya Aubrey dalam hati. Kemudian, mereka berdua masuk dan mulai tercium sesuatu yang tidak sedap. Seperti bau telur busuk.
        “Aubrey, lihat spageti yang sudah berlalat itu!” bisik George sambil menunjuk ke piring berisi spageti karbonara yang begitu banyak lalatnya. Aubrey membuang muka. Ia berpaling pada meja resepsionis yang kakinya diangkat ke meja dan tidur sambil mendengkur keras. Di asbak yang bersebelahan dengannya terdapat hampir 10 batang rokok yang sudah pendek. Aubrey membunyikan bel.
        “Oh. Selamat datang!” kata resepsionis itu terkejut. “Anda mau menyewa apartemen?”
        “Tidak. Kami ingin mengunjungi seseorang. Apa ada di apartemen ini yang bernama Chloe Dianna? Kalau ada, di kamar berapa, ya?” tanya Aubrey.
        Resepsionis itu membolak-balikkan daftar penyewa apartemen. Kemudian, ia mengacungkan dua jari. “Lantai 2 kamar 42.”
        Aubrey mengangguk dan segera berjalan menuju lift. George memencet tombol panah atas dan lift itu langsung terbuka. Ia kemudian memencet tombol angka 2. Saat pintu terbuka, Aubrey dan George bisa langsung menatap lorong panjang sampai ke jendela yang besar.
        Di sebelah kiri, akhirnya Aubrey dan George menemukan kamar 42. George mengetuk pintu.
        “Tunggu!” terdengar suara seorang gadis yang beraksen Inggris. “Siapa kalian?” tanyanya.
        “Apakah kau Ksatria Api dari planet Verndari?” tanya George. Kemudian, perempuan berambut keriting panjang itu menarik Aubrey dan George masuk.
        “Apa kalian sudah gila? Jangan sebut-sebut itu terlalu keras!” omel gadis itu.
        “Maaf. Kami adalah Ksatria Air dan Angin. Namaku Aubrey, dan ini George.” kata Aubrey memperkenalkan diri. Chloe berbaring di atas sofa-nya sambil mengambil sebatang rokok. Ia meniup ujungnya dan rokok itu sudah menyala.
        “Aku Chloe. Aku yakin kalian tahu itu,” katanya santai. “Dimana Ksatria Bumi?” tanyanya.
        “Kami belum pergi mencarinya. Kau yang terdekat, jadi kami mendatangimu terlebih dahulu.” jawab George. Muka Chloe yang tidak ramah itu langsung memerah.
        “Seharusnya, sebelum kalian mendatangiku, kalian harusnya sudah menemukan Ksatria Bumi! Dasar! Apakah kalian tidak tahu kata-kata ini ‘Temuilah Pemimpin Saat Semuanya Sudah Siap’!” bentaknya. Aubrey, gadis sepertinya, paling tidak suka bila dibentak-bentak oleh orang asing.
        “Dengar ya, hanya karena kau yang terkuat, bukan berarti kau pemimpin. Empat Ksatria Elemen itu bekerja sama, dan tidak ada pemimpin! Lagipula, seharusnya kau senang karena kami datang menjemputmu duluan!” balas Aubrey.
        “Memang sudah kewajiban kalian untuk menjemputku! Dan, karena aku yang terkuat, aku pantas dianggap pemimpin Empat Ksatria Elemen.”
        “Maaf. Tapi, hanya karena kau yang terkuat, dengan sikap aroganmu ini, aku tidak menganggapmu sebagai pemimpin. Bahkan, aku hanya menganggapmu ksatria terlemah!” bentak Aubrey penuh emosi. Aubrey memang membenci orang-orang yang arogan dan berpikir bahwa ia yang terbaik. Wajah Chloe pun sama emosinya dengan wajah Aubrey.
        “Hentikan. Jangan bertengkar.” kata George berusaha mengakhiri perdebatan sahabat karibnya dan si gadis Inggris yang sombong itu. Aubrey sesegera mungkin membuang muka.
        “Sudahlah. Dimana kalian tinggal? Aku juga tidak bisa berlama-lama disini sejak berita tolol yang disiarkan media.” celetuk Chloe. Ia masuk ke kamarnya. Sejurus kemudian, ia keluar dengan membawa koper merah di tangan kanannya. Mulutnya masih menggigit rokok dan tempat rokok-nya terlihat keluar saku kiri celana panjangnya.
        “Ayo.” kata George.
        Aubrey dan George merasa heran, untuk apa Chloe memilih turun dengan tangga daripada lift. Sepertinya ia berniat mengerjai Aubrey dan George. Tapi, Aubrey sudah malas berdebat dengan gadis yang suka mengatur dan sok berkuasa seperti Chloe.
        Tepat saat baru keluar, seorang wanita bertopi bulu masuk melewati Chloe. Entah mengapa, tiba-tiba Chloe membanting wanita itu.
        “Apa yang kau lakukan?!” seru Aubrey.
        “Wanita ini, Ksatria Air, adalah anak perempuan Gothman!” jawabnya. Ia melemparkan rokok dari mulutnya ke tubuh wanita bertopi bulu itu. Dan, tiba-tiba saja muncul api yang begitu besar. Tubuh wanita itu terbakar dan jasadnya tiba-tiba saja menghilang. Seperti jasad alien yang dibunuh Aubrey di danau Lorke.
        Kemudian, muncul tembakan dari sana-sini. Aubrey, George dan Chloe berhasil menghindar. Saat salah satu dari mereka muncul, Chloe langsung meniupkan api yang cukup besar padanya.
        George melihat alien yang menyerangnya. Ia segera menembakkan angin yang merobek-robek kulit alien tersebut. Alien itu mati dan jasadnya menghilang. Aubrey mendapati dua alien yang sedang membidik tepat ke arahnya. Kemudian, ia langsung membuat pusaran air di jalanan dan kedua alien itu tenggelam di dalamnya.
        “Ayo!” teriak George. Ia menarik tangan Aubrey dan Chloe. Kemudian, dengan kekuatan anginnya mereka sudah berada di dalam kamar hotel Aubrey dan George.








Chapter 9 : The Funny Cowgirl

        “Hmm… Kalian cukup kaya juga ya bisa menyewa hotel semewah ini.” puji Chloe pada Aubrey dan George. Ia pergi ke kamar Aubrey, dan meletakkan kopernya di situ.
        “Apa yang kau lakukan? Keluar dari sini!” usir Aubrey. Ia sudah cukup kelelahan dan stress hari ini. Ia menginginkan istirahat yang tenang tanpa gangguan apapun.
        “Jangan coba-coba kau mengusirku, Aubrey. Ini kamarku!” bentaknya.
        “Enak saja! Aku yang pertama di sini! Lagipula, masih ada dua kamar kosong! Kalau kau yang membayar biaya sewa hotel ini dan yang pertama tiba, kau baru bisa memiliki kamar ini!” balas Aubrey.
        “Tapi, aku ini pemimpinmu!”
        “Aku tidak memiliki pemimpin! Aku memimpin hidupku sendiri dan jangan harap hanya karena kau yang terkuat aku menganggapmu pemimpin! Jadi keluar dari sini atau…” Kata-kata marah Aubrey disela oleh Chloe.
        “Atau apa, Aubrey?” tanya Chloe menantang Aubrey.
        “Atau ini!” Aubrey langsung menyemburkan air ke arah Chloe. Saat semburan air dari tangan Aubrey berhenti, Chloe sudah hitam gosong.
        “Apa kau tidak tahu kalau kelemahan api adalah air?!” bentak Chloe sangat marah pada Aubrey.
        “Tentu saja. Aku tahu itu. Keluar dari kamarku!” bentak Aubrey. Ia mendorong Chloe keluar dan melempar kopernya. Dengan santai, ia berbaring di atas kasurnya yang basah (tapi karena ia Ksatria Air baginya itu nyaman) tanpa merasa bersalah sedikitpun.
        “Awas kau, Aubrey!” ancam Chloe dari luar. Tapi, Aubrey malah terus menutup mata mengabaikan ancaman Ksatria Api itu. George hanya bisa geleng-geleng melihat pertengkaran Aubrey dan Chloe. Api dan Air. Mereka kan rival. Wajar saja bila Aubrey dan Chloe tidak bisa saling menyukai, kata George dalam hati.

        Pukul 8, Aubrey dan Chloe belum bangun. Wajar saja mereka belum bangun karena mereka baru tidur beberapa jam yang lalu. Akan tetapi, George sudah sibuk di dapur membuatkan sarapan untuk Aubrey dan Ksatria Api yang menyebalkan itu. Sebenarnya, George juga setuju dengan Aubrey, bahwa Chloe begitu menyebalkan. Tapi, karena tidak mau ada masalah, ia berusaha sebaik mungkin untuk terlihat biasa saja.
        “Selamat pagi, George.” sapa Aubrey sambil duduk di bar hotel.
        “Pagi, Aubrey. Aku sudah memasak telur dadar yang dicampur asparagus dan daging asap. Tapi, kalau kau lebih suka tofu, aku sudah menyajikannya bersama telurnya.” kata George. Ia menyodorkan sepiring telur dadar pada Aubrey. Di samping telur itu terdapat sebuah tofu yang dipotong dadu.
        “Kau ini laki-laki, tapi kau lebih jago masak daripada aku.” canda Aubrey. Ia memotong telurnya dan menyuapnya. Kemudian, ia mengacungkan dua jempol.
        “Sekali lagi trims atas pujiannya, Aubrey.” Mereka berdua terkikik sampai Chloe muncul dengan wajah yang serius.
        “Berhenti bercanda dan serius-lah sedikit,” selanya. Aubrey memutar bola matanya. Kalau selalu serius otak bisa kelabu, ledek Aubrey dalam hati. “Kita harus mencari tahu dimana Ksatria Bumi berada.”
        “Gampang. Ia tinggal di Meksiko Barat. Ia itu seorang koboi wanita yang handal mengendalikan kuda liar dan menggembala sapi-sapi.” jawab Aubrey sambil mengunyah tofu-nya.
        “Baiklah. Dengan Ksatria Angin di sini, ia pasti bisa menggunakan kekuatannya untuk membawa Ksatria Bumi kemari, betul?” kata Chloe sambil meminum jus kiwi-nya.
        “Tentu saja.” ujar George singkat.

        Aubrey dan George sedang mengobrol di balkon hotel dan terkikik keras. Mereka mengabaikan Chloe yang kerjanya hanya menyuruh-nyuruh dan merokok santai. Aubrey sudah kesal sekali padanya, seharusnya ia bisa membaca papan ‘Dilarang Merokok’ tapi ia malah pura-pura buta. Paman Rick saja yang usianya sudah 57 tahun tidak pernah merokok di dekat Aubrey.
        “Berhenti main-main. Cepat, George. Gunakan kekuatanmu untuk membawa Ksatria Bumi kemari.” sela Chloe. Aubrey dan George mendesah. Tapi, karena tidak mau membuat amsalah, George menutup mata dan duduk sila.
        “Tidak perlu khawatir, Tuan Jack. Akan aku jaga kuda-kuda-mu.” kata Ksatria Bumi di bayangan George. Ksatria Bumi melihat pusaran angin kecil di depan kandang kuda. Itu adalah George. Saat koboi wanita itu menyentuh pusarannya, tiba-tiba ia sudah berada di hadapan Aubrey!
        “Whoa!” serunya terkejut.
        “Bagus, kita sudah berkumpul. Ganti bajumu, Ksatria Bumi. Kita harus mendiskusikan sesuatu.” kata Chloe sambil menghirup rokoknya tanpa mengatakan selamat datang atau halo terlebih dahulu. Kemudian, ia berjalan kembali ke kamarnya.
        “Halo, kalian pasti Ksatria Air, Angin, dan Api kan? Namaku Ally.” katanya memperkenalkan diri. Aubrey pun segera mengenalkan dirinya.
        “Namaku Aubrey, Ksatria Air. Dan ini George, Ksatria Angin.” kata Aubrey.
        “Salam kenal. Itu pasti Ksatria Api, kan?” tanya Ally menunjuk ke arah Chloe yang sedang menyalakan TV.
        “Ya.” jawab George.
        “Ia sangat ketus, ya. Aku tahu itu. Kalau kau yang menjemputnya kemarin, kau akan bernar-benar menderita walaupun baru bertemu 5 menit.” canda Aubrey pelan. Ketiga orang di balkon itu tertawa terbahak-bahak. Kupikir seorang koboi wanita akan seketus Chloe, kata Aubrey dalam hati.








Chapter 10 : Fire and Water

        Aubrey, George, dan Ally dikumpulkan oleh si Gadis Inggris Perokok di ruang keluarga. Lagaknya sudah seperti para tahanan yang sedang diinterogasi. Walaupun Ally baru datang, dari aura Chloe ia sudah langsung membenci Chloe. Aubrey senang karena akhirnya ada juga orang yang dipihaknya. Ia hanya tidak tahu bahwa sebenarnya George juga berada di pihak Aubrey tapi ia tidak mau ada masalah.
        “Karena kita sudah berkumpul, aku mau bertanya sesuatu,” celetuk Chloe. Rokoknya ia lempar ke dalam asbak. “Apa di antara kalian ada yang pernah dilihat kemampuannya oleh para Wheez?” tanyanya.
        “Wheez?” tanya George.
        “Ya, itu julukan pasukan yang diutus Gothman. Aku bertanya, apa ada di antara kalian yang kemmpuannya pernah dilihat oleh Wheez?” Aubrey mengacungkan tangan seolah-olah menjawab pertanyaan Chloe.
        “Saat  aku sedang kesal dan tidak mau menerima takdir sebagai Ksatria Air, aku menghentakkan tangan di depan danau Lorke. Saat itu, muncul ombak yang begitu besar. Dan, aku juga memunculkan es besar yang tajam dari danau itu. Di malam harinya, alien-alien berandal itu menyerang dan membunuh pamanku dan bibiku. Aku bertarung dengan mereka.” jelas Aubrey dengan muka pucat mengingat apa yang terjadi pada malam itu. Wajah Chloe memerah.
        “Kau ini bodoh sekali! Itu berarti, Wheez sudah mengetahui wujud manusiamu, kan? Dasar bodoh! Apa ada lagi idiot yang menunjukkan kemampuannya?!” bentak Chloe. Cara Chloe membentak-bentak membuat Aubrey semakin membencinya. Sepertinya orang ini akan selalu ‘panas’ dan tidak bisa kalem sedikit, pikir Aubrey.
        George mengacungkan tangan. “Aku sering membuat angin kencang tiba-tiba datang saat aku sedang emosi. Malam yang sama dengan Aubrey, ayah tiriku yang kejam dibunuh oleh Wheez itu. Aku bertarung melawan mereka sampai danau Lorke dan bertemu dengan Aubrey.”
        “Itu berarti kau juga sama dengan idiot berambut hitam ini?! Dasar idiot!”
        “Jangan pernah panggil aku idiot, kau dasar Api Neraka Yang Terkutuk. Kita terpaksa harus menggunakan kekuatan untuk mengalahkan alien-alien berandal itu! Kalau kita tidak menggunakannya, kita bisa saja mati! Lagipula, kami sudah berganti penampilan!” bentak Aubrey. Jarak antara wajahnya dan Chloe hanya sekitar seinci.
        “Benarkah? Berganti penampilan apa?! Apa kau sudah operasi plastik?!” balas Chloe pada Aubrey.
        “Aku sudah mencatok rambut ikalku menjadi lurus. Aku sudah memotong rambut panjangku yang sepunggung menjadi sebahu. Dan, aku pun sudah menghitamkannya dari coklat tua. Aku menyisakan poni agar terlihat berbeda. George pun sudah mengecat rambut pirangnya menjadi coklat tua dan memotong sedikit rambut keritingnya!” kata Aubrey sangat marah dengan sikap angkuh Chloe.
        “Jangan terlalu sombong, Chloe. Setidaknya Aubrey dan George sudah berganti penampilan. Apa perasaanmu kalau kaulah yang berada di pihat Aubrey dan George?” bela Ally.
        “Diam kau, Gadis Sapi! Aku ingat tidak bicara denganmu.” bentak Chloe menunjuk wajah Ally dengan telunjuknya yang kukunya dicat pink magenta.
        “Mari berharap kalau mereka bisa berpikir bahwa kalian bukanlah kalian. Bagaimanapun juga, kita tidak bisa ada di sini lebih lama lagi. Kemarin, saat aku pergi keluar untuk membeli yoghurt, aku melihat salah satu dari mereka sedang berkeliaran di blok ini.” ujar Chloe ketus. Ia mengambil rokok terakhirnya dan meniupkan angin kecil yang menyalakan rokok itu. Setelah menghirup sekali, ia pergi keluar.
        “Api Neraka! Ia tidak merasa bersalah sudah memanggilku idiot!” gerutu Aubrey sambil menendang sofa.
        “Sudahlah, Aubrey. Orang-orang sepertinya memang sombong.”  kata Ally mencoba ‘menyiram air’ ke wajah Aubrey yang ‘berapi-api’.
        “Kalian ini. Sepertinya harus kuulangi lagi perkataanku tadi malam saat Chloe tiba di sini. Api dan Air, rival sejati.” gurau George. Aubrey memukulnya pelan dan Ally terkikik.

Chapter 11 : Four Black Stones

        “Jadi, kita akan berpura-pura menjadi bagian pesta itu, Ally. Aku mempunyai gaun yang masih model tahun 70-an. Aku harap kau punya pakaian Cina untuk memasuki sebuah pesta Cina.” kata Chloe. Ia sedang mengatur rencana untuk mengambil Empat Batu Hitam. Empat Batu Hitam adalah batu-batu yang masing-masing berisi kekuatan untuk membantai habis para Wheez. Kalung Elemen mereka memang sumber kekuatan, tapi mereka hanya bisa memakai Empat Batu Hitam untuk membunuh Gothman. Empat Ksatria Elemen yakin bahwa Wheez akan mengincar batu-batu itu untuk mengalahkan Empat Ksatria Elemen. “Ini sangat penting. Untung saja empat lokasi pesta yang menyimpan batu-batu ini menyelenggarakan pesta dan aku bisa memalsukan undangan. Pakailah topeng, agar alien-alien jelek itu tidak mengenali kalian.”
        “Ya.” jawab Ally singkat. Chloe menghisap rokoknya dan melirik Aubrey.
        “Aubrey, kau harus menjadi penyanyi dengan gaya Goth di sebuah acara. Aku sudah mendapatkan kostumnya karena kuyakin kau tidak memilikinya. Ini.” katanya. Ia mengacungkan gaun yang mirip seperti seorang bajak laut wanita. Sepatu bot yang tinggi sampai ke lutut dan beratali-tali, serta dengan hak tinggi membuat Aubrey tidak nyaman.
        “Aku tidak suka sepatu bot seperti itu. Dan, aku juga tidak suka sepatu hak tinggi.” kritik Aubrey.
        “Jangan protes!” bentak Chloe. Kemudian, ia berkata pada George bahwa ia harus datang ke acara orchestra. Dan, ia harus menjadi pemain klarinet. George sudah bilang ia tidak bisa bermain seruling, tapi Chloe memaksanya dan menyuruhnya untuk belajar. Masalahnya, acara malam ini, mana mungkin George bisa memainkan seruling dalam waktu 9 jam? “Saat kita semua masuk ke sebuah acara, jangan lupa untuk memakai topeng. Topeng yang menutupi seluruh muka. Paham?” Setelah itu, ia pergi ke balkon dan merokok.
        “Dasar! Mengapa harus ia yang terkuat?! Tak apa, kalau kuat tapi tidak sombong. Sedangkan, orang ini kuat tapi sombongnya tidak bisa ditandingi siapapun.” gerutu Aubrey. Ia tidak tahu apa Chloe mendengarnya atau tidak, karena ia memperhatikan Aubrey dengan tajam. Tapi, kemudian ia segera berpaling dan menikmati rokoknya kembali.

        Malam harinya, pukul 7, Aubrey dan yang lainnya sudah siap. Untung Ally ahli bermain klarinet, dan ia mengajarkan George dengan cepat. Aubrey bisa saja menyanyi, suaranya merdu. Tapi, seharian ini ia berlatih agar tidak kaku dengan sepatu bot yang merepotkan itu.
        Chloe tiba-tiba muncul dan melemparkan 3 topeng ke arah Aubrey, George, dan Ally. Satu berwarna hitam dengan bulu di bagian pinggirnya, satu berwarna merah muda dengan gambar bunga-bunga merah, dan satu adalah topeng putih, yang hanya menutupi mata saja. “Itulah topeng-topeng kalian. Aubrey, Ally, kalian pilih mana yang kalian suka. Tapi, untuk George ada topeng yang menutupi bagian mata saja.” katanya.
        Aubrey memakai gaun yang, sebenarnya, agak ketat di bagian torso karena korset. George memakai celana katun hitam dan jas hitam, dengan dasi kupu berwarna hitam pula. Ally memakai baju Cina berwarna merah muda yang atasannya tidak sampai melebihi pundak dan rok-nya sebatas lutut. Sedangkan, Chloe memakai gaun terusan berwarna merah berkilat dengan satu tangan.
        “Ayo kita pergi.”

        Kurang dari semenit, Aubrey dan yang lainnya sudah berada di perempatan jalan Corke Morgan. Itu semua berkat kekuatan angin George yang bisa membawa orang kemana saja dengan cepat.
        “Baiklah. Ally, kau lihat gedung hotel Logars itu, pergi ke lantai 27 ruang pesta 27. George, panggung itu, yang dikerumuni begitu banyak orang, itulah tujuanmu. Aubrey, kau ke restoran yang bernama Dark Ghost. Dan, tujuanku adalah rumah bertingkat tiga yang bercahaya disko itu.” kata Chloe memberi instruksi. George dan Ally mengangguk dan berlari menuju tujuan mereka. Hanya Aubrey yang masih berdiri di hadapan Chloe dan belum pergi. “Ada apa?”
        “Apa kau sudah adil?” tanya Aubrey dengan muka sedingin es.
        “Kurasa begitu. Sekarang, pergilah.” katanya sambil melesat cepat. Aubrey hanya berjalan santai ke lokasi yang sudah ditunjuk Chloe untuknya.
        Restoran itu bukanlah restoran biasa yang diperkirakan oleh Aubrey. Terdapat panggung berkarpet merah darah yang besar terbentang di tengah-tengah kerumunan orang. Aubrey memberikan kartu undangan ke petugas pertunjukkan, dan segera masuk ke belakang panggung. Bersiap untuk tampil selama 15 menit membawakan 4 lagu. Tapi, Aubrey melakukan perubahan kecil pada rencananya beberapa detik sebelum masuk ke panggung.
        “Tuan-tuan dan nyonya-nyonya, saya persembahkan dengan bangga, Jane Kortrick!” kaca MC menunjuk panggung. Aubrey diangkat melalui sebuah lift di tengah panggung dan mulai bernyanyi.
        Ia mengamati setiap pasang mata yang memperhatikannya. Bola mata ungu,itu Wheez, katanya dalam hati mengingat apa yang dikatakan Chloe. Dan, Aubrey menemukannya. 3 orang pria bertopi ala detektif berbola mata ungu dan tidak memiliki kelopak mata. Ada yang bercahaya dari wajah mereka.
        Saat itu juga, ia masuk ke dalam lift. Dan, saat lift naik lagi…
        BANG!!!!
        Terdengar suara tembakan yang keras sekali. Dari para alien itu, menembak gadis yang berada di panggung. Satu-satunya gadis yang berada di panggung. Setelah semua orang berhamburan keluar, 3 alien itu melihat gadis itu. Mereka pikir itu Ksatria Air, tapi…
        “KYAAA!!!!” seru Aubrey dari belakang. Ia menusukkan sebuah es ke salah satu dari 3 alien tersebut. Saat yang satu ingin menembak Aubrey, ia sudah membekukan alien itu. Dan, yang satu lagi, Aubrey lempar sejauh mungkin dengan air yang diciptakannya.
        Setelah semuanya habis, Aubrey membelek wajah bercahaya alien pertama yang ditusuknya. Dan, ia menemukan sesuatu. Sebuah batu berwarna hitam berlambang air. Itu adalah Batu Hitam. Aubrey mendengar suara tembakan lain, ada alien lain yang masuk ke tempat itu. Aubrey segera kabur dari pintu belakang dengan Batu Hitam di tangan kirinya.