Saturday, October 22, 2011

My First Story : Felix The Star

Profiles

        Felix Mallory Javelynn : Bukan cuma asyik, suaranya sangat pro! Usianya baru 14 tahun, tapi sudah menjadi idola seluruh New Yorkers. Data fisiknya : Mukanya tirus, rambutnya coklat dan panjang sepunggung, tubuhnya ramping tinggi, dan kulitnya putih.
        Profesi barunya sebagai penyanyi remaja yang super cool sangat digemari publik. Alirannya adalah Britpop, Felix terinspirasi dengan band Britpop Inggris tahun 90-an, yaitu Blur. Album pertamanya, ‘Simple That Way?’, yang diperebutkan remaja New York membuatnya menjadi penyanyi remaja terbaik dan mendapatkan penghargaan ‘Music Award’ untuk pertama kalinya. Sekarang, Felix sedang merencanakan albumnya yang kedua, ‘Such An Inspiration’.
        Lunnascents Avenue Vyse : Namanya sedikit aneh, tapi orangnya seru! Aktif, kocak, dan baik adalah sifat Lunn. Oh ya, Lunn adalah nama panggilannya. Lunn lahir di Inggris dan pindah ke New York 12 tahun yang lalu. Lunn adalah sahabat terbaiknya Felix. Lunn bisa bermain skateboard, begitu pun Felix. Bahkan, mereka lahir pada hari yang sama. Seperti kembar, ya?
        Data dirinya : Mukanya tirus, rambutnya hitam dan cepak seperti laki-laki. Dan, satu lagi! Ia sangat membenci rok!
        Pamela Eglefriem Carl : Remaja yang satu ini adalah penggila sains. Pamela suka membuat eksperimen yang menarik dan serbaguna. ¾ perpustakaan rumahnya dipenuhi buku sains Pamela. Pamela itu setiakawan, jujur, dan penuh kasih sayang. Data fisiknya : Memakai lensa kontak yang warnanya selalu hijau, mukanya bulat, rambutnya di-bob berwarna pirang, dan kulitnya coklat seperti Barbie.

Hoki atau Kikuk?

        Aku membuka mataku perlahan-lahan, mencoba bangkit dari tidurku yang sangat pulas. Kakakku, Melanie atau Mel sedang memakai long-dress ungu-nya yang aku inginkan dari dulu. Aku iri pada Mel yang sering dibelikan baju bagus oleh Mom.
        “Kamu beruntung, Mel. Bisa mempunyai baju-baju bagus di lemarimu.” kataku sambil merentangkan tangan. Mel mengangkat alisnya.
        “Felix, aku tahu kamu ingin long-dress seperti ini. Kamu tinggal minta pada Mom. Aku juga begitu.” jawabnya sambil mengenakan kalung ungu yang cocok dengan bajunya.
        “Kalau aku sudah cukup kaya, aku akan membeli apapun yang kumau!” candaku, menyindir Mel yang hanya bisa meminta, hehe. Kulihat jadwalku hari ini, “Huh! Ada konser lagi hari ini. Mudah-mudahan, itu tidak akan membuatku kelelahan untuk nonton film dengan Lunn dan Pamela.” keluhku.
        “Hah? Apa kamu tidak suka profesi barumu, Felix?” tanya Mel tiba-tiba.
        “Bukan begitu. Aku tidak mau karena sudah menjadi populer, mengabaikan aktivitas harianku bersama 2 sahabat setiaku. Jadi, aku harap aku tidak akan terlalu lelah untuk nonton di bioskop seusai konser nanti malam. Lagipula, salah Mom sendiri yang accept contract sebelum berunding dulu denganku,” kataku beranjak dari tempat tidur.
        “Omong-omong, kamu mau kemana? Sepertinya ada sesuatu yang istimewa sekali. Apa ini tentang Jared, ya?” candaku. Jared adalah pacarnya Mel. Jared juga sangat baik. Menurutku, mereka berdua sangatlah cocok. Hanya saja, aku sendiri sering menggodanya sejak berpacaran dengan Jared.
        “Memang, aku ingin melaksanakan sesuatu yang sangat istimewa. Tapi, bukan karena Jared. Lagipula, dia sedang ada di Alaska sekarang.” jawab Mel sambil menyisir rambut coklat mengkilapnya.
        “Kasihan ditinggal pacar…” candaku lagi. Mel melemparkan bantal kepiknya ke arahku. Kami memang sering bercanda soal apapun. Tapi, yang paling enak dibuat candaan ya… tentang asmaranya Mel.
        Aku bingung sekali pagi ini. Sepertinya, ada sesuatu yang sangat istimewa, tapi dirahasiakan dariku. Aneh bila Mel berdandan sangat cantik, padahal ia adalah orang yang simple. Mel hanya berpakaian cantik bila bertemu dengan Jared. Mom juga sama anehnya. Ia memakai baju untuk pesta seperti itulah. Aku jadi bingung, ada apa sih?
        Sebelum aku mandi, aku ingin mengambil jagung di meja makan. Aku baru saja menginjak anak tangga pertama, Mel terdengar berlari dari kamarnya. Aku pikir, masa bodoh dia mau apa. Ternyata, di tengah-tengah tangga Mel melemparkan telur ke belakang kepalaku!
        Saat aku baru menganga untuk marah, tapi, tiba-tiba semuanya bernyanyi ‘Happy Birthday’ khusus untukku. Aku bodoh sekali bisa lupa hari ulang tahunku. Pasti ini alasan Mel melemparkan telur padaku.
        “Felix, Mom yakin kamu pasti lupa hari ulang tahunmu, kan?” kata Mom sambil mencium pipiku. Aku mengangguk malu.
        “Kecil-kecil pikun!” ledek Mel tertawa geli.

Pesta ulang tahunku berlangsung dengan meriah, walaupun hanya dirayakan bersama keluarga. Aku senang sekali, mendapatkan banyak kado dari Mom, Dad, dan Mel. Tapi, aku sangat senang bila aku masih diberi umur sampai sekarang ini. Sekarang, waktunya comot-comot bolu ulang tahun!
        Kemudian, bel pintu berbunyi. Mel yang membukakan pintu.
        “Felix, ada paket spesial untukmu!” panggil Mel. Aku berlari dari dapur menuju ruang tamu. Dan, merampas paketku dari tangan Mel.
        Tertera tulisan ini di kartu ucapan.
        Special for Felix, from your loyal fans. HAPPY BIRTHDAY!!!
        Paket spesial dari para penggemarku! Aku sangat senang memiliki penggemar setia seperti mereka semua. Lalu, aku buka paket besar itu.
        Isi paketnya bermacam-macam. Ada bandana, lip gloss, sarung tangan, rok satin, long-dress, sepatu flat, pokoknya kado-kadonya sama hebat dengan kado-kado dari keluargaku.
        “Felix, kamu harus berterima kasih pada mereka yang membelikan itu semua khusus untukmu.” saran Mom sambil membereskan meja makan.
        “Tidak perlu khawatir, Mom. Akan kubalas mereka lewat e-mail.”

        FelixTheStar : For all my fans, thanks a lot ‘cause you all remember my birthday. I love you all. Felix.
     Aku sedang mengirim e-mail pada seluruh penggemarku lewat blog-ku, yaitu www.felixshinesbright.com. Kemudian, aku mengirim e-mail pada Lunn.
        FelixTheStar : My Birthday party tahun ini sangat perfect. Bukan hanya kado-kado menarik yang kudapat, tapi cinta dari keluarga dan penggemarku.
   LunnSkaterGirl : Well, aku turut senang, Felix. Eh, ayo kita keliling perumahan dengan skateboard. Maafkan aku tidak bisa datang ke pestamu, Felix. Sebenarnya, Mel mengundangku dan Pamela. Tapi, aku sedang kerepotan dengan urusan Mom-ku yang tidak kunjung selesai. Oh ya, apa Pamela datang?
   FelixTheStar : Tidak. Tak apalah, kalian juga bisa menyusul memberikan kado, hihi. Tentu, kita akan berkeliling perumahan dengan skateboard. Bagaimana kalau kita ajak Pamela?
   LunnSkaterGirl : Pamela sedang sibuk meneliti eksperimen terbarunya. Sepertinya dia tidak bisa ikut.

        Siang itu, matahari menyengat kulit. Walaupun panas, jangan coba-coba memakai baju terbuka, nanti bisa terbakar. Untungnya, aku dan Lunn memakai jaket dan celana panjang dari katun. Sebelumnya, kami ke rumah Pamela untuk mengajaknya berkeliling perumahan. Well, dia tidak bisa bermain skateboard. Tapi, ia bisa ikut dengan rollerblade-nya. Ternyata Lunn benar. Pamela sedang sibuk dan tidak bisa ikut dengan kami. Ya sudahlah…
        Kami berkeliling perumahan melewati tetangga-tetangga kami yang kebanyakan gampang sewot. Seperti Ms. Colline yang sangat suka menyebarkan gosip orang lain, Mr. dan Mrs. Clifford yang sombong, pokoknya banyak deh! Yang baik adalah Mr. Forrest yang suka memberi.
        “Hey, Felix,  Lunn!” panggil Mr. Forrest saat kami melewati pagar rumahnya yang setinggi 1 meter. Mr. Forrest pasti ingin memberi sesuatu lagi! Senangnya bisa kenal dekat dengan Mr. Forrest, pikirku.
        “Ada apa, Mr. Forrest?” tanyaku sopan.
        “Ini,” katanya sambil menyodorkan kami 2 kotak warna kuning dan nila dengan pita ungu. Bentuknya seperti kotak kado, “Itu adalah oleh-oleh dari kunjunganku ke Hawai minggu lalu. Rasanya sangat tidak adil bila kembali tanpa oleh-oleh. Sekaligus untuk kado ultah-mu, Felix.” ujarnya tersenyum ramah. Aku dan Lunn sangat berterima kasih. Ternyata, kado itu ada syaratnya juga!
        “Apa syaratnya, Mr. Forrest?” tanya Lunn. Mr. Forrest lalu menyodorkan sebuah buku tulis dengan nama putrinya yang cupu, tapi sama baiknya dengan Mr. Forrest. Namanya Mary-Kate.
        “Putriku sangat menyukaimu, Felix. Jadi, berilah tanda tangan khusus untuknya di buku agendanya.” kata Mr. Forrest. Aku mengangguk senang bila tetanggaku menyukaiku. Aku lalu menulis:
        For Mary-Kate. With love, from Felix Javelynn and Lunn Vyse.
       Aku pun mengembalikannya pada Mr. Forrest.

        Lunn membuka tutup botol air putihnya. Kami sudah berkeliling selama 1 jam. Aku dan Lunn duduk di kursi taman di tengah perumahan sambil memakan cream-puff yang kubawa untuk camilan kami berdua.
        “Menurutku, anak kedua Mr. Forrest, Sally Ann benar-benar lucu ya. Pipinya tembam dan merah!” komentarku mengingat kelahiran anak kedua Mr. Forrest 3 minggu lalu.
        “Tentu. Walapun Mary-Kate sebenarnya cantik, aku harap Sally Ann tidak akan menjadi cupu seperti kakaknya.” kata Lunn sambil cekikikan. Aku menendangnya pelan bermaksud untuk tidak meledek Mary-Kate.
        Saat sedang enak senam muka (ngerumpi), aku dikejutkan dengan suara teriakan laki-laki yang nyaring sekali! Aku berbalik dan… PRANG!!! Sesuatu telah membentur dahiku. Dan, itu pasti besi karena suara dan kekuatan pukulannya sangat menyakitkan! Aku agak terhuyung lemas ke kursi karena aku merasa pusing.
        “Ya ampun! Felix, kamu gak apa-apa kan?” tanya Lunn saat aku sadar sambil memegang dahiku. Aku melihat, kepala Lunn ada 6! Aku sedang sangat pusing pada saat itu hingga sulit bicara. Lunn memperlihatkan aku sebuah panci besar.
        “Untuk apa kamu bawa panci?” tanyaku agak heran.
        “Ini bukan milikku. Tapi, panci inilah yang telah memukulmu sampai kamu terhuyung. Laki-laki yang berteriak tadi adalah orang gila, dan dia melempar panci ini ke arahmu!” jelas Lunn. Aku bingung, benar-benar bingung. Aku merampas panci dari tangan Lunn, dan berbalik untuk membalas lemparan orang gila itu. Tapi, orang gila itu sepertinya sudah kabur. Ugh! Masa sih di hari ultah aku harus benjol besar? Harusnya hoki, malah kikuk!






Pesta Britpop di Upper West Side

        Di perumahanku, yaitu perumahan ‘Daisy Park’ sangat indah dan tentram. Banyak taman bunga di sana-sini, yang membuat udara setiap hari terasa sangat asri dan sejuk. Kesejukannya sedikit berkurang karena hari ini panas. Makanya, suasana seperti ini enaknya makan es krim sari-manis-ultra-lengket-coklat yang nyum-nyum… di hari ultahku pada sore hari, jam 16.00.
        “Ingat, Felix. Kamu tidak boleh lupa pukul 18.00!” kata Mom sambil memasukkan brokoli ke dalam panci sup brokoli yang dimasaknya. Aku bingung maksudnya apa.
        “Jam 18.00? Memangnya ada apa? Apa ada pesta makan-makan? Atau pesta perayaan ultahku yang sejenisnya?” kataku antusias. Mom memutar kedua bola matanya. Ia mengambil buku agenda warna ungu-ku yang terletak di keranjang di atas oven. Kemudian, ia membukanya dan memperlihatkannya padaku. Di situ tepat tertulis :
        Jam 18.00 : Konser ‘Pesta Britpop’ di Upper West Side.
       God! Aku lupa akan konser pentingku. Yaitu ‘Pesta Britpop’ di Green More Park, yang terletak di pusat Upper West Side. Sebelumnya, aku sangat bersemangat dengan konser ini. Tapi, saking senangnya ultah aku malah lupa akan konser ini.
        Aku pun berlari meninggalkan ruang makan sambil memberikan es krim raksasaku pada Mom. Aku harus ke kamar untuk bersiap! Aku bisa terlihat jelek dan garing bila aku tidak bersiap!
        Untuk riasan wajah : Bedak sedikit, lip gloss peach, dan lensa kontak warna abu-abu.
        Untuk riasan rambut : Dikepang dua ke bawah, memakai jepit putih bertuliskan ‘Smile!’.
        Untuk pakaian : Kaus katun distro bertuliskan ‘No More Homeworking’ warna hitam favoritku, jaket katun putih, celana blue-jeans pensil, dan sarung tangan putih.
        Untuk accessories : Kalung dengan manik-manik surfing board, anting bentuk pisang warna ungu.
        Dan terakhir, aku memakai sepatu kets warna putih dan kaus kaki warna putih belang merah juga. Siaplah aku berangkat menuju ‘Pesta Britpop’ yang hanya mengundang penyanyi-penyanyi Britpop dengan suara cool. Salah satunya adalah aku!
        Tunggu dulu! Aku baru ingat setelah berkaca! Bagaimana dengan benjolan besar di dahiku. Hmm… sebenarnya itu tidak terlalu benjol, hanya biru. Aku pun memakai bedak tebal di dahi untuk menutupi memarku. Dan… Finish!

        Mobil Lamborghini-ku sudah sampai di halaman Green More Park. Mom yang menyetir, karena Dad masih berada di kantornya. Tapi, Dad berjanji akan menonton konserku dari siaran langsung televisi.
        Sungguh mengejutkan! Walaupun Mom membawaku lewat halaman belakang Green More Park agar para penggemarku tidak rusuh mendatangiku, mereka melihatku dan langsung menyerbu! Aku dan Mom pun lari tergesa-gesa sampai ke tangga menuju belakang panggung yang tinggi. Untunglah, satpam di situ menghadang para penggemar fanatikku. Fyuuh!!!

If you wanna be, the actors,
you only need, to casting
        Aku sedang berlatih di belakang panggung sambil menunggu giliranku tampil setelah Quinn Rouge, penyanyi Britpop remaja yang super cool. Quinn adalah idolaku sebelum aku mengikuti audisi pentas Britpop remaja tahun lalu. Tapi, setelah menjadi penyanyi Britpop yang super famous, ia menjadi sahabatku. Sekarang Quinn juga sedang menunggu gilirannya tampil, untuk yang tampil pertama.
        “Hey, Felix!” sapanya saat aku berlatih.
        “Hey, Quinn! Kita jarang bertemu kecuali kalau ada konser-konser Britpop,” jawabku, “Omong-omong, apa yang akan kamu nyanyikan?”
        “Governor Sucks dan Sunny Beaches. You?” katanya.
        “Simple Chloe dan My Sickness.” jawabku. Aku akan trio bersama Quinn dan Victoria sebagai penutup konser nanti. Sayangnya, aku tidak terlalu menyukai Victoria karena dia sangat sombong. Tapi, suaranya cukup bagus.
        Good evening, New Yorkers!” sapa Kathleen, pembawa acaranya. Suaranya yang agak cempreng terdengar jelas ditambah dengan suara speaker. “Welcome to the ‘Britpop Party’ special concert! Now, for the opening, SAY HELLO TO QUINN ROUGE with his GOVERNOR SUCKS!” serunya sama girang dengan para penonton. Quinn, dengan gayanya yang cool langsung berjalan ke atas panggung dan melambaikan tangannya yang putih mulus. Ia pun mulai menyanyi lagu Governor Sucks dengan sangat pro.
Nerveous on Monday,
coz you’re gonna go and face the Governor…
        Setidaknya, hanya segitu teks lagu Governor Sucks yang aku tahu. Teks pembukanya. Memang, Quinn adalah idolaku dan aku mengoleksi lagu-lagunya. Lagu Governor Sucks dirilis 6 bulan lalu dan semua fans Quinn sudah membelinya. Sayang, aku terlalu sibuk untuk membeli lagu terbaru si Mr. Q. Aku melihat Victoria yang sedang merias pipinya dengan blush-on dan segera menghampirinya untuk bermaksud ramah.
        “Hey, Victoria! Apa yang akan kamu nyanyikan?” sapaku. Victoria tetap menyapukan kuas blush-on merahnya ke pipinya yang berlekuk tanpa sedikitpun matanya keluar dari cermin.
        “Kamu bodoh, Felix! Aku pasti akan menyanyikan lagu andalanku yang akan membuatmu menjadi terkucil! Cupid Baloon dan Red Booties!” jawabnya masam. Aku menahan emosiku dan berbalik meninggalkannya sendiri.

        Giliranku tampil saat Quinn turun dari panggung dengan wajah berkeringat karena lelah. Aku tetap percaya diri dan melangkah menuju panggung seraya Kathleen memanggil namaku.
        Here we go, FELIX JAVELYNN with her best, SIMPLE CHLOE!
        “Hey, guys! Sing with me, OUT LOUD!!!” seruku. Aku pun mulai menyanyikan laguku.
If you wanna be the actors
you only need to casting…
If you wanna be journalist
you only need to make some artichels…
Oh, Chloe!!!!!! Just be simple…
All of disasters would go far away…
        Dan berlanjutlah laguku hingga selesai dengan iringan seruan dari para penggemarku. Di tengah keramaian itu, aku melihat Mary-Kate, putri sulung Mr. Forrest sedang melompat-lompat girang.
        “Felix, you’re awesome!” puji Quinn saat aku kembali ke belakang panggung.
        “Trims. Kamu juga hebat waktu menyanyi tadi, Quinn.” balasku. Victoria berjalan menghampiri kami dengan gaya sok seksi.
        “Quinn, kamu jangan memuji Felix dulu. Kamu belum mendengarku menyanyi.” katanya. Aku mencoba mengendalikan emosiku dan menggerutu pelan. Untungnya, Quinn membelaku.
        “Maaf, Victoria. Aku tidak membandingkan suara siapa yang lebih bagus. Lagipula, Felix sangat memiliki suara yang bagus dan kreativitas tinggi hingga dia bisa menciptakan lagu keren seperti Simple Chloe.” ujar Quinn mengangkat salah satu alisnya. Victoria menggerutu dan berjalan menuju panggung, karena sudah gilirannya tampil.
        Lagunya Victoria kali ini lumayan, yaitu Cupid Baloon. Liriknya cukup kreatif, tidak seperti orangnya! Hihi… Saat aku sedang mengotak-atik mini computer-ku, Pamela mengirimkan e-mail.
        PamelaScienceHero : Hey, Felix! Kita jadi nonton ‘Pretty Ghost’ kan?
   FelixTheStar : Tentu saja. Aku tidak akan membatalkannya hanya karena konser ini. Konsernya kira-kira selesai jam 20.00, jadi kita akan datang ke bioskop tepat waktu.
   PamelaScienceHero : Ingatlah untuk menyamar agar bioskop tidak ricuh!
   FelixTheStar : Sip-sip, bisa diatur… J

   Semua penyanyi Britpop telah tampil. Sekarang, untuk penutup aku akan trio dengan Quinn dan Victoria. Aku sangat senang setelah mengetahui bahwa lagu Britpop yang akan dinyanyikan adalah lagu The Universal, lagunya band Blur.
        And now, for the last Britpop song! Quinn, Felix, and Victoria with The Universal by Blur!!!” seru Kathleen mempersilahkan kami bertiga naik ke atas panggung.
This is the next century…
Where the universal free
You can find it anywhere
Yes, the future’s been sold
   Itu adalah bagiannya Victoria. Sekarang, adalah bagiannya Quinn.
Everynight we’re, gone!
And to karaoke songs…
How’d we like to sing along..
Altough those words are wrong…
        Untuk ref, kami menyanyikannya bersama.
It really, really, really could happen…
Yes, it really, really, really, could happen
When the day they seem to fall through you well, just…
let them go…
        Bagianku.
Noone here is alone…
Satelites in every, home…
Yes, the universal’s here
Here for everyone
Every paper that you read…
Says tomorrow’s your lucky day
Well, here’s your lucky day!
        Kami bernyanyi dengan riang (untuk aku dan Quinn, sedangkan aku tidak yakin Victoria senang bernyanyi bersamaku…) sampai akhirnya selesai.










Perampok

        We have an unfinish business. And, I hope you’d finish it…” kata salah satu pemain di film ‘Pretty Ghost’. Aku, Lunn, dan Pamela ada di bioskop Red Carpet, mal Shiny Planet, yang terletak di Upper Eest Side setelah aku selesai konser. Memang, banyak bioskop di Upper West Side. Tapi, bioskop Red Carpet adalah bioskop terbaik yang kutahu. Mom langsung mengantar kami bertiga ke bioskop yang super nyaman itu. Tidak lupa, aku juga menyamar dengan memakai syal coklat, baseball cap, dan kacamata hitam agar tidak ada yang mengenalku.
        AAaaa…!!!!” Lengkingan suara anak perempuan sangat keras saat di layar muncul seorang wanita pirang bergaun putih. Wajahnya sangat cantik. Tapi, dia seorang hantu! Karena dia melayang di udara, serta muncul tiba-tiba dari cermin.
        “Hey, apa kamu sudah membuka kado dari Mr. Forrest?” bisikku.
        “Hah? Kado? Ih! Aku ingin sekali mendapat kado. Sayang aku tidak ada.” keluh Pamela. Aku baru ingat bahwa saat aku dan Lunn hendak meninggalkan Mr. Forrest, Lunn sudah melesat sedangkan aku masih berbicara dengan Mr. Forrest. Ia menitipkan satu kotak kecil untuk Pamela.
        “Tidak usah khawatir, Pamela. Mr. Forrest menitipkan kado juga untukmu.” kataku. Pamela tersenyum manis.
        “Aku sudah membukanya, Felix. Bagus sekali! Isinya skateboard yang bisa dilipat, bentuknya seperti surfing board.” kata Lunn senang. Sebenarnya, aku berharap hadiahku sama jenis dengan hadiah Lunn. Tapi, hadiah apa saja boleh. Mensyukuri apa yang didapatkan itu kan wajib…. (kata pemuka agama J)
        “Aku belum membukanya. Sepulang nanti aku pasti akan langsung membukanya. Kalau aku ingat.” kataku.
        “Eh, kita makan dulu ya. Di Sixrene Restaurant. Katanya, makanan di sana enak banget!” usul Lunn. Aku dan Pamela setuju saja.

        Seusai film drama yang menyeramkan itu, kami bertiga berjalan menuju Sixrene Restaurant. Perutku terasa lapar sekali. Aku ingin segera mencicipi sumber aroma sedap yang sudah muncul sejak kami duduk di meja nomor 17.
        Welcome here. Namaku Joker, yang akan menjadi pelayan meja kalian. Ini menunya.” kata seorang pelayan laki-laki. Ia menyodorkan buku hijau tipis dengan tulisan ‘Sixrene’ yang funky. Aku yang pertama melihat-lihat menunya, kemudian disusul dengan Pamela dan Lunn.
        “Oke. 1 porsi spageti ayam rica-rica, 1 burger triple cheese, 1 porsi barbeque steak.” kataku. Lunn yang menyampaikan pesanan minuman.
        “1 gelas vanilla milkshake, 1 gelas soda, dan 1 gelas vanilla coke.” pesannya. Pelayan mencatat semua pesanan dan mengambil kembali buku menu, setelah itu ia berjalan menuju pantry.
        “Hey, Felix! Cek blog-mu. Mungkin penggemar fanatikmu mengirim beberapa pujian atas konser spektakulermu malam ini.” saran Pamela. Lunn juga menyarankanku. Akhirnya, aku membuka blog-ku lewat mini computer-ku . Lunn dan Pamela tepat sekali! Banyak e-mail masuk dari penggemarku.
        HelenLoveYou : Wow! You’re so fantastic in the Britpop Party Concert. I hope could see you sing along with Quinn Rouge again.
   MillyStylish : Love you forever, Felix Javelynn. You’re the best from the concert tonight! I just came from New Jersey only for you!
   Dan masih banyak lagi. Aku langsung membalas tentunya.
        FelixTheStar : Fans, so great to know that you love my gigs in the concert. You’re my best pals. Felix Javelynn.
   “Sudah kubilang bakal banyak masukan di blog-mu itu.” kata Pamela.
        “Hehe…” tawaku. Pesanan datang!
       
        Pamela benar. Makanan di restoran ini nikmat sekali. Burger triple cheese yang kumakan rasanya sempurna. Begitu pun spageti-nya Lunn dan steak-nya Pamela. Aku menghirup milkshake-ku, rasanya manis dan yummy.
        Pamela mengelap mulutnya, tanda ia sudah selesai. Kemudian, disusul denganku kemudian Lunn. Kami sedang beres-beres dan segera naik bis ke SoHo untuk pulang ke Daisy Park. Tiba-tiba, sesuatu menghadang kami saat aku menyodorkan uang di kassa pada kasir.
        “Jangan bergerak!” serunya. Pria itu berpakaian serba hitam dan mukanya ditutupi topeng hitam juga. Mereka ada 3 orang. Dan, mereka memegang pistol!
        Lengkingan ada di sana-sini. Tapi, sejurus kemudian keadaan menjadi hening dengan ancaman tembakan 3 perampok itu. Aku, Lunn, dan Pamela sedang jongkok dengan tangan di atas kepala di depan kassa, seperti yang lainnya. Sayang, dinding kaca penutup restoran ini warna hitam, jadi dari luar tidak tembus pandang. Apalagi, kacanya kedap suara. Kalau tembus pandang dan tidak kedap suara, pasti orang-orang di sekitar sudah masuk menolong semua yang ada di restoran itu.
        “Jangan bergerak, tangan di atas kepala, dan jangan bersuara!” ancam salah satu dari mereka.
        Mereka merampas alat komunikasi dari restoran itu. Seperti ponsel para pelanggan dan telepon Sixrene Restaurant. Yah… rencana kami jadi gagal.
        Awalnya, kami sepakat Lunn menghubungi 911 secara diam-diam. Karena, Lunn berjongkok di pojok, jadi agak tersembunyi. Tapi, sekarang ponsel Lunn juga sudah disita. Dasar!
        Tapi, dengan mini computer-ku, aku bisa mengirim e-mail pada Mel dan menyuruhnya menelepon 911. Diam-diam aku mengaktifkan gadget-ku itu.
        FelixTheStar : Mel! Cepat telepon 911 menuju mal Shiny Planet. Tepatnya di Sixrene Restaurant!
   MelanieBlonde : Hah? Memangnya ada apa, Felix?
   FelixTheStar : Ada perampok yang menyandera kami semua! Cepatlah!
   MelanieBlonde : Apa? Hati-hati ya, Felix. Aku akan segera menghubungi 911.
   “Tenang. Aku sudah menyuruh Mel untuk menelepon 911.” bisikku pada Pamela, yang terdekat dengan posisiku.
        “Bagus.” jawab Pamela agak lega.

        Kami menunggu selama 45 menit. Melihat para perampok itu merampok mesin kasir, brankas, dan kotak sumbangan untuk rumah sakit khusus anak cacat Kiddies Heaven.
        “Mereka sudah kelewatan, Felix.” bisik Pamela merasa iba pada anak-anak cacat yang membutuhkan sumbangan itu. Aku mengangguk setuju, membayangkan kapan para polisi datang untuk menangkap 3 perampok ini.
        DON’T MOVE!!!” seru seorang lelaki dari luar, yang jelas itu bukan perampok juga. Itu adalah polisi! Sudah ada 7 polisi di luar sana, siap menyelamatkan kami!
        Para perampok itu tidak bisa berkutik lagi setelah sebelumnya mencoba melarikan diri. Sekarang, satu persatu dari mereka diborgol dan digiring ke bawah. Aku, Lunn, dan Pamela sangat lega dan bahagia bisa terbebas dari mereka.
        Kemudian, muncul suara yang memanggil namaku. Suara yang sangat familier. Mom dan Dad!
        “Felix!” seru Mom sambil memelukku. Aku juga sangat senang bisa bertemu lagi dengan keluargaku. Dad bergantian memelukku erat. Tapi, dimana Mel?
        “Mel sedang mengurus tentang skripsinya. Ia titip kata ‘selamat karena bisa selamat’ untukmu.” kata Dad.
        “Begitu… Okelah. Ayo kita pulang. Aku sangat mengantuk.” ajakku.




With Emily Croft

   Hari ini aku bangun kesiangan. Karena, kemarin aku baru pulang jam 23.30 dan langsung tidur. Saat melirik ke jam dindingku, jam 10.30! Ini adalah rekor terbaru dalam Daftar Rekor Bangun Siang. Hihi… Mel yang membuatkannya untukku.
        Setelah mengisi Rekor bangun siang, aku langsung menuruni tangga menuju dapur, karena perutku ini sudah keroncongan. Saat sedang makan sandwich di dapur, aku baru ingat kalau ini hari Minggu. Itu berarti, aku harus menyelesaikan semua PR-ku untuk besok! Payah!
`       “Felix, kamu baru bangun?” tanya Mel sambil menggendong ranselnya. Ia memang ada kuliah hari Minggu.
        “Nggak, baru menyanyi. Ya bangun tidur, lah!” jawabku tetap menyantap sandwich kalkun asap itu.
        “Eh, aku sempat mengintip agendamu. Hari ini, jam 12.00, kamu ada jadwal berkunjung dengan desainer terkenal itu ya?” tanya Mel sambil meminum susu coklatnya.
        “Hah? Desainer terkenal? Uhm, aku gak paham maksudmu. Aku malas mengecek agenda karena aku pasti selalu sibuk.” kataku tetap melahap sandwich. Mel mengangkat alisnya heran.
        “Ya ampun, Felix! Siang nanti kamu akan bertemu dengan Emily Croft, si desainer terkenal yang sering muncul di majalah Sweet dan infotaiment E! Masa sih kamu lupa? Dia itu idola para fashion lover!” kata Mel.
        “Ohya?! Ugh, kenapa sih aku harus selalu sibuk?! Aku kan mau santai kali-kali.” keluhku. Mel hanya mengusap-ngusap ubun-ubunku dan pergi keluar naik school bus menuju kampusnya.
        “Mom!!!!!! Aku tidak mau pergi hari ini!!!!!!!!”

        Selesai mandi, aku tidak keluar kamar. Aku tetap mengurung diri agar aku tidak dibawa pergi ke gedung Geroll-Bennett, tempat perkantoran majalah Sweet yang jaraknya hanya 5 km dari Daisy Park. Ternyata, aku baru tahu Emily Croft bekerja di Sweet. Kami akan bertemu the Geroll-Bennett Café, yang terletak di lantai 10. Tapi, aku ingin bersantai sekarang!
        “Ayolah, sayang. Emily Croft ingin bertemu denganmu. Ia ingin menjadikanmu model remaja Sweet.” bujuk Mom agar aku mau keluar.
        “Aku lelah!!! Aku mau bersantai, Mom!!!” balasku jengkel. Aku melirik meja belajarku. Dan, aku menemukan sebuah kotak berwarna kuning berpita ungu. Seperti kotak kado bentuknya. Aku baru ingat! Itu kado dari Mr. Forrest yang belum kubuka!
        Aku membuka perekat tutup kotaknya. Pitanya sangat bagus. Akan aku pajang di pintu kaca balkon-ku. Dan, hadiahnya adalah : 1 long-dress yang indah bergambar pantai dengan corak totol-totol, sandal plastik bening yang biasa dipakai para surfers di Hawai, dan ikat rambut bermanik-manik surfing board. Wow! Mr. Forrest sepertinya sudah tahu aku akan menyukai stelan ini. Bahkan, menurutku pakaian ini lebih baik daripada skateboard-nya Lunn.
        Aku jadi teringat sesuatu.
        “Model baju ini adalah model fashion show RunCatchKiss tahun lalu di Las Vegas dalam kategori Beach Clothes. Seluruh fashionista dan desainer di dunia memuji baju ini! Emily akan sangat senang melihatku berpakaian seperti ini.” pikirku. Aku melirik jam, jam 11.30?! Aku harus bersiap dulu.
        Riasanku lebih simpel dari riasanku di konser tadi malam. Aku hanya memakai bedak, lipgloss bening, kalung dengan inisial F, dan aku pun menguncir kuda rambutku dengan ikat rambut hadiah Mr. Forrest. Kemudian, aku membuka pintu kamarku.
        Mom sedang duduk di kursi makan, terlihat bahwa ia sedang berpikir agar aku mau keluar. Aku ternyata mengejutkannya.
        “Mom, ayo! Nanti kita bisa terlambat menemui Emily! Cepat bersiap!” seruku. Selama 3 detik Mom bengong keheranan menatapku. Tapi, kemudian ia berjalan cepat menuju kamarnya untuk bersiap.

        Akhirnya kami sampai di depan gedung Geroll-Bennett. Seorang wanita yang memakai baju gaya provocative membimbing kami menuju tempat pertemuanku dengan Emily. Semua Geroll-Bennettoss (julukan untuk para cewek yang bekerja di Geroll-Bennett) menatapku kagum. Pasti setelah pertemuanku salesai mereka akan meminta tandatangan atau foto. Ih… kok aku jadi kepedean ya?
        Akhirnya, kami bisa bertemu dengan Emily Croft.
        “Halo, Felix! Aku kira kamu akan terlalu lelah dan tidak bisa datang. Sebelumnya, saya minta maaf karena tidak bisa menemui anda di kafe dan menyuruh asisten saya membawa anda ke kantor saya,” sapanya. Itu memang benar bahwa aku lelah. Dan, akujuga sedikit kesal karena Emily mengubah tempat pertemuan. Well, aku lumayan senang karena bisa melihat kantornya yang super stylish. Tapi, aku terlihat faboulous kan, dengan baju yang kau suka ini, Emily?
        “Dan, kamu berpakaian sangat indah. Anda memang Mommy yang hebat, Mrs. Javelynn.” puji Emily pada Mom. Ugh! Tapi, Mom tidak membantuku dress up!
        “Oh, bukan saya. Tapi, Felix sendiri yang merias tubuhnya. Jadi, penampilannya tidak ada sangkut mautnya dengan saya.” jawab Mom. Fyuuhh! Syukurlah Emily bisa mengetahui bahwa aku remaja yang faboulous.

        Aku ditunjukkan banyak pakaian dari The Closet, gudang pakaian dan property lain yang penting untuk fashion show atau sejenisnya. Ternyata, Emily dan Mom ingin aku menemukan pakaian yang tepat untuk acara penyambutan Ratu Elizabeth, yang akan berkunjung 5 hari lagi. Aku juga akan dijadikan model untuk edisi spesial minggu depan. Dalam concert reception, selain lagu yang perlu diperhatikan, aku juga harus memperhatikan penampilan. Pokoknya, Emily bilang aku harus tampil perfect di acara penyambutan itu nanti.
        “Bagaimana kalau ini? Menurutku, warna kulitmu cocok dengan pakaian ini.” usul Emily lagi. Aku memperhatikannya. Ick! Rok ketat! Aku tidak nyaman memakai sesuatu yang ketat.
        “Maaf, Emily. Tapi, aku tidak suka memakai sesuatu yang ketat.” ujarku. Emily tersenyum kagum.
        “Felix, harus kuakui bahwa seleramu tinggi juga ya. Sulit menemukan baju untukmu karena seleramu tertentu.” pujinya. Aku jadi tersenyum malu.
        “Felix, aku ingin kamu memakai ini.” kata Emily sambil menunjukkan pakaian yang seperti seragam sekolah. Tapi, yang satu ini perfect banget! Yaitu dress oranye kotak-kotak selutut yang sedikit ketat di pinggang (tapi nyaman!), rompi tangan panjang warna kuning yang matching dengan dress-nya. Ditambah dengan pita biru tua yang melingkar di leher seperti dasi. I love it!
        Okay, Emily. I like the way you think.” pujiku.






Concert Reception

        “Ayo, Mom! Kita harus pergi ke Geroll-Bennett agar Emily bisa meriasku tepat waktu.” panggilku. Hari ini adalah hari Jumat. Sudah 4 hari aku bolos, karena aku harus berlatih. Kenapa sih harus mengorbankan pelajaran?! Tapi, itu adalah konsekuensinya.
        Ini adalah hari Ratu Elizabeth datang dari Inggris. Concert reception-nya akan mulai pukul 19.00. Sedangkan, Emily harus meriasku dari sekarang, jam 16.00.
        “Sabar dong, Felix. Mom sudah ekstra cepat nih!” balas Mom.
        “Felix, kamu beruntung. bisa dirias oleh Emily Croft. Aku boleh ikut kan????” rayu Mel. Aku tetap menggeleng. Kali-kali, biar Mel yang merasa iri padaku. Hehe…

        Aku agak ribet bila memakai kosmetik atau sejenisnya. Seperti mascara, eye-liner, eye-shadow, dan blush-on. Tapi, Emily tetap saja meriasku dengan alat-alat itu.
        Ia memberikan bedak tebal pada wajahku. Kemudian, blush-on pink, eye-shadow kuning kerlap-kerlip, mascara oranye tua, pensil alis, dan… LIPSTICK MERAH???!!!!!
        “Tidak mau!!!!! Aku tidak mau memakai lipstick merah!!!” bantahku saat ujung lipstick ibu-ibu itu hampir menyentuh bibir atasku.
        “Felix, jangan bergerak! Nanti muka kamu kena lipstick!” tegur Mom. Tapi, aku tetap tidak peduli.
        “Ayolah! Umurku baru 14 tahun dan aku harus memakai lipstick warna ibu-ibu itu?! Nanti, aku dikiranya tante-tante berumur 30 tahun! Cari saja warna lain!” keluhku. Emily melirik Mom.
        Ma’am, saya sudah peringatkan anda untuk tidak memakai lipstick merah. Karena, remaja zaman sekarang benci lipstick warna begini.” kata Emily. Jadi, Mom menyuruh Emily untuk memakaikan lipstick merah padaku?! Jeez…
        “Ya sudah. Memangnya, warna apa yang kamu mau, Felix?” tanya Mom. Aku menyentuh daguku dengan jari telunjuk bermaksud sedang berpikir.
        “Aha! Karena kostum-ku serba campuran kuning, pakai saja warna peach! Warnanya matching kan?” jawabku. Emily setuju, walaupun Mom kurang suka aku membenci pilihannya. Habis, peach adalah warna favoritku.
        “Oke! Felix, kamu memang remaja yang fashionable.” pujinya. Emily pun kembali meriasku.
       
        Walaupun aku sudah mewah begini, aku tetap tidak lupa pada Lunn dan Pamela. Aku takut mereka akan berpikir bahwa aku tidak setiakawan karena tidak menghubungi mereka selama 5 hari. 5 hari itu aku pakai untuk berlatih! Ugh! Tapi, aku telah memesankan kursi spesial untuk mereka. Yaitu 2 kursi VIP di concert reception.
        FelixTheStar : Hey! Kalian datang ke concert reception, ya! Aku sudah memesan 2 kursi VIP untuk kalian.
   Lama tidak ada jawaban. Aku menjadi takut bahwa Lunn dan Pamela sudah membenciku. Tapi kemudian…
        LunnSkaterGirl : Maaf aku telat balas. Tadi, aku sedang di toilet. Tentu saja. Aku dan Pamela akan datang tepat jam 19.00. Dan, thanks ya sudah menyediakan kursi VIP untuk kita. J
   Huh! Leganya Lunn dan Pamela tidak marah padaku. Aku akan mengajak mereka girls night out setelah konser ini.
        “Felix, ayolah!” panggil Mom. Saking senangnya chat dengan Lunn, aku jadi tidak sadar sudah ada di depan halaman gedung Tribeca Musical Hall yang ada di jalan Tribeca. Biasanya, aku suka jogging atau skateboarding dengan Lunn dan Pamela di sini. Tapi tidak untuk sekarang.
        Saat aku turun, sana-sini seruan dari keramaian New Yorkers atau mungkin Americans yang mengitari red carpet. Limosin berbondong-bondong berhenti di depan red carpet dan tamu-tamu kehormatan berjalan dengan eksklusif diatas red carpet itu. Biasanya, aku memakai mobil kesukaanku, yaitu Volvo. Tapi, aku dipinjamkan fasilitas limosin silver mewah oleh Sweet. Emily dan Mom mengawalku melewati red carpet.
        Perlu kalian tahu. Aku sebagai penyanyi Britpop remaja tidak akan menyanyikan lagu Britpop di konser ini. Tapi, lagu klasik. Makanya aku butuh waktu 5 hari untuk mempersiapkan diri. Sebelumnya, aku heran mengapa aku, penyanyi britop, yang dipilih untuk menyanyikan lagu klasik. Kata Emily, suaraku itu seperti berlian dan cocok untuk menyanyi lagu klasik. Padahal, aku benci lagu klasik! Ugh!!!
       
        “Felix!” panggil seseorang. Lunn, Pamela!
        Hello, guys! Sorry for not calling you in 5 days. I gotta practice, ya know.” kataku.
        “Ya, ya. Kami mengerti. Tapi, kamu tidak pernah berlatih selama itu. What’s wrong?” kata Pamela.
        “Aku gak akan menyanyikan lagu Britpop. Tapi, lagu klasik! Makanya aku harus berlatih.” kataku. Lunn dan Pamela menertawakanku. Tiba-tiba, Mom memanggil.
        “Felix, ayo! Lunn, Pamela, kembali ke kursi kalian.” kata Mom sambil menarik tangan kiriku. Lunn dan Pamela kembali ke kursi mereka masing-masing.
        Aku adalah penyanyi pembuka dan penutup. Dua-duanya lagu klasik?! Mati aku!
        Welcome, ladies and gentlemen! And, special welcome for Queen Elizabeth. We’re so great to have you here. So, for the first song of this concert reception, we’re gonna listening to the golden voice of FELIX JAVELYNN with THE SUNRISE!!!” seru pembawa acaranya, Shimmer Anna.
        Aku langsung melangkah perlahan menuju panggung. Lagu klasik karangan Alicia Mort (salah satu pegawai Sweet yang jago musik) yang kunyanyikan akan diiringi oleh piano. Tapi, siapa sangka pemain pianonya adalah Quinn Rouge?!!! Jadi, dia bisa bermain piano?!
The Sunrise…
The happiness…
Ya, ya. Bukannya menghina, tapi kalian tidak perlu tahu kelanjutan lagunya. Karena, liriknya tidak kreatif dan temponya juga bukan sesuai kepribadianku. Ick!
        “Felix, kamu juga bisa menyanyikan lagu klasik? Awesome!” puji Quinn. Ia selalu memujiku awesome.
        “Kamu juga, Quinn.” balasku.
Aku harus menyanyi lagi, untuk penutup. Ah, kalian tidak perlu mendengarnya. Aku malas-malasan menyanyikan lagu yang terakhir.







The End

“Akhirnya aku bisa terbebas dari lagu klasik menyebalkan itu!” keluhku sambil mem-facial wajahku di ruang rias agar make-up tebalku hilang.
“Tapi, jujur! Suaramu cemerlang sekali.” puji Pamela.
        Thanks,” jawabku. Eh, aku hampir saja lupa! Titipan hadiah dari Mr. Forrest buat Pamela, belum aku berikan. Untung saja kotaknya kecil, jadi bisa kumasukkan ke hand-bag, “Ini, Pamela. Hadiah yang dititipkan Mr. Forrest buatmu. Maaf ya karena aku telat memberikan ini padamu. Tapi, aku sama sekali belum mengintip kok.” jelasku sambil menyodorkan sebuah kotak kecil berwarna merah berpita ungu pada Pamela. Pamela tidak merasa terganggu aku telat memberi titipannya Mr. Forrest untuknya.
        Kami membukanya bersama. Ternyata, hadiahnya Pamela adalah sebuah botol bening dengan cairan hijau di dalamnya. Aku dan Lunn jadi bingung apa itu.
        “Pamela, hadiah jenis apa itu?” tanya Lunn. Tapi, Pamela tersenyum dan aku yakin, ia tahu benda apa itu.
        “Ini adalah pesananku pada Mr. Forrest 4 hari sebelum keberangkatannya ke Hawai. Ini adalah ramuan ‘Daun Kelapa Bahan Bakar’ yang terbuat dari daun pohon kelapa, yang hanya ada di Hawai. Ramuan ini adalah bahan bakar satu-satunya untuk eksperimen-ku kali ini. Sebelumnya, aku hanya bercanda. Tapi, Mr Forrest benar-benar membelikannya! Yippie!!!!!” kata Pamela senang. Aku dan Lunn mengangguk pura-pura mengerti karena… HOW DO WE SUPPOSE TO KNOW??
        “Oke, saatnya kita girls night out!!” ajakku. Lunn dan Pamela bersemangat. Kami pun bersenang-senang hingga larut malam. Dan, kami selalu hidup bersama!

The End


    
    

No comments:

Post a Comment